"Nanti malam pada datang ya. Aku siapin kacang rebus." Ujar Teno. Val hanya mengangguk melirik jam tangan yang ia pakai.
"Udah jam setengah 3." Katanya.
"Mau balik?" Tanya Juan yang masih asyik mencetak gelembung dari asap rokok yang ia hisap.
"Iya yuk. Udah sepi kali nih sekolah." Jawab Val.
"Kevin, mau main ke rumahku kan?"
Kevin hanya mengangguk sebagai jawaban untuk Val.
Jam pelajaran berakhir tepat jam 14.00 WIB. Dan seperti biasa. Val dan empat temanya akan singgah di belakang gudang sekolah yang tidak jauh dari toilet siswa. Ya untuk sekedar berkumpul dan membicarakan hal-hal seru yang disukai anak muda.
"Kacang rebus doang, No? Gak kenyanglah." Tanya Rizal. Val, Juan, dan Kevin hanya menyimak tenang.
"Mau gue siapin sandal rebus buat lo?" Mendengar balasan Teno, Val dan yang lain langsung tertawa sesaat kecuali Rizal yang melengos malas sambil menggeleng kepala.
"Kurang kenyal!" Sahut Rizal dengan malas.
"Kata Teno kamu kenal anak baru di kelas dia ya, Val?" Tanya Kevin membuka pembicaraan baru.
"Gimana gak kenal? Rumahnya sebelahan." Jawab Val ringan.
"Cantik... Cantik banget."
"Cantik juga emak aku, Noooo !" Suara Rizal melengking menyahut Teno. Membuat mereka lagi-lagi tertawa sesaat. Dari arah toilet siswa, Dearin berjalan sendiri hendak menuju ke gerbang sekolah. Entah apa yang membuatnya begitu bingung sampai dia lupa jalan mana yang harus ia ambil setelah keluar dari toilet. Kakinya melangkah lurus tepat ke tempat Val dan teman-temannya. Dan itu membuatnya tak sengaja melihat mereka.
"OPS!"
Dearin terkejut saat mereka melihat ke arahnya. Dan ketika itu tak sengaja tatapannya beradu dengan Val. Tanpa menunggu lagi Dearin segera berbalik dan meninggalkan tempat itu. Tak ada reaksi khusus dari teman-teman Val. Mereka masih melanjutkan kegiatan mereka walau jelas merokok itu sangat dilarang oleh sekolah. Mereka juga tidak takut kalau Dearin akan melaporkan mereka ke guru. Bagi mereka asal puntung rokok mereka tak membakar sekolah, semua tentu akan baik-baik saja.
"Itu dia kan ?" Tanya Juan setelah Dearin melenggang pergi.
"Cantik mana sama emak kamu, Zal?" Tanya Val meledek Rizal yang juga nampak terkesima dengan paras Dearin.
"Ah kamu Val, ini mah bening... " Jawab Rizal.
Kevin menggeleng kepala ikut tertawa bersama teman-temannya.
"Boleh tuh... " Kata Juan.
"Sstttt... " Desis Val pada Juan dengan sedikit lirikan mata Val yang sudah dipahami Juan.
"Kagak ah, bercanda gue."
Val menyungging senyum manisnya pada Juan sebagai tanda terimakasih atas pemahamanya.
"Ayo deh. Kita pulang. Kevin mau anter Yefi pulang dulu ya? Gue tunggu di warung es kelapa depan gang ya?"
Kevin hanya memberi jempol pada Val. Karena waktu sebentar lagi sore, mereka berlima berpisah untuk menuju rumah masing-masing segera. Setelah mengambil motornya di tempat parkir sekolah, Val mengendarai pelan meninggalkan halaman parkir. Hingga matanya menangkap gadis yang sudah tidak asing baginya. Dia berdiri di depan gerbang dengan sesekali melihat jam tangannya. Nampak begitu gelisah. Dan Val bisa menebak apa yang ada di kepala Dearin.
"Bunda mana sih? Kog belum kelihatan juga." Gerutunya lirih.
"Ngitung waktu ya? Udah berapa jam berdiri?" Val menyela gerutunya sambil menepikan motor tak jauh dari Dearin.
"Kamu... " Ucap Dearin yang baru sadar Val sudah ada di sampingnya.
"Pulang yuk... "
"Ngajak aku?" Dearin menunjuk dirinya setelah menengok kanan dan kirinya.
"Iya, kamu. Masa pohon aku ajak pulang." Jawab Val menunjuk pohon dibelakang Dearin. Gadis itu menyembunyikan senyumnya.
"Kalau pohonnya ikut, susah boncengnya." Tambah Val. Ia bisa melihat Dearin sedikit tersenyum mendengar ujaranya.
Suasana luar sekolah sudah sepi. Hanya motor warga yang berlalu lalang melintas. Dan di area sekolah sendiri hanya terlihat pak Rahmat, satpam sekolah yang dari tadi berjaga di gerbang.
"Dearin, mau pulang bareng gak?" Tanya Val lagi.
"Aku dijemput bunda."
"Bunda kamu lagi dirumahku bikin kue sama mama."
"Gak ah. Makasih. Ada angkot kok."
"Yakin?"
"Duluan aja." Usir Dearin dengan lembut pada Val.
"Udah tau angkot mana yang mau dinaikin?"
"Gampang. Makasih tawarannya."
"Aku ngajak kamu loh, bukan nawar."
"Aku bisa pulang sendiri kok."
Val menyungging senyum mendengar penolakan Dearin. Dia tak mau memaksa. Mungkin Dearin menolaknya karena melihatnya berkumpul dengan teman-temannya yang sedang merokok tadi. Dan itu dugaannya sekarang. Melihat Dearin yang terus membuang muka darinya membuatnya yakin bahwa Dearin memang benar-benar tak mau pulang dengannya.
"Ok. Aku duluan ya."
"Muncul tiba-tiba terus kayag hantu." Gerutu Dearin menatap punggung Val yang sudah menjauh dengan motornya.
Sekilas ia teringat ketika melihat pemuda itu di belakang gudang tadi. Tentu saja Dearin merasa ilfeel. Dia tak menyukai anak-anak nakal yang senang merokok diam-diam di area sekolah. Dan dia baru saja berhadapan dengan salah satu dari mereka. Tentu memuakkan untuknya. Walaupun sebenarnya fakta aslinya belum ia ketahui sama sekali.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Tanda
Teen FictionBertemu, mengenal, saling membuat nyaman, sama-sama suka, lalu menjalin hubungan. Bukankah itu sudah biasa? Bagaimana kalau bertemu, mengenal, saling membuat nyaman, sama-sama suka tapi tak bisa menjalin hubungan? Itu yang dirasakan Dearin saat ia b...