1 bulan berlalu. Hari Senin tanggal 13 april 2009. Pagi yang dingin dengan sisa hujan semalam. Lagi-lagi Dearin di rumah sendirian. Tapi ia tak benar-benar merasa sendiri, ada Val yang mulai memenuhi benaknya. Sejak saat itu mereka menjadi semakin dekat. Berangkat dan pulang sekolah bersama, menghabiskan hari Minggu untuk membuat kue bersama dengan Bunda dan Mama. Sesekali Val mengajak Dearin untuk bergabung dengan teman-temannya sekedar mengobrol dan tertawa. Dan mungkin karena hampir setiap hari Val dan Dearin terlihat bersama , teman-teman di sekolah mengira mereka sedang berpacaran.
"Alih profesi ya?" Val bertanya balik pada teman-temanya di kelas yang pernah menanyakan mengenai hubungannya dengan Dearin. Kala itu Val sedang hendak meninggalkan kelas bersama Kevin, Juan, dan Rizal. Tepatnya setelah bel pulang berbunyi.
"Dari siswa ke wartawan... Haha!" Sambung Rizal. Mereka berempat tertawa.
"Cuma pengen tau!" Sahut salah satu temannya dengan ketus.
"Wartawan juga pengen tau terus." Kevin membela Val dengan senyum cibiran.
"Itu kerjaannya kan?!" Tambah Juan.
"Ha.. Ha.. Ha.. Ha.."
Sedangkan Dearin punya jawaban yang khas setiap mendapatkan pertanyaan yang sama seperti Val.
"Cari aja jawabannya ke warnet. Seterkenal itu aku sama Val sampai kalian pengen tahu?"
Dan itu membuatnya langsung dinilai jutek oleh teman-temannya. Bukan tak mau menjawab dengan benar. Hanya saja dari pertanyaan mereka sudah terlihat keraguan yang mereka simpan untuk jawaban asli.
Tempo hari Val pergi ke kantin bersama Teno. Dia dibarengi oleh beberapa anak kelas XII yang sengaja menunggu Val lewat. Dia Rangga dan teman-temannya. Pemuda yang juga suka pada Dearin. Tanpa basa-basi, Rangga melempar pertanyaan semacam tadi saat Val membayar jajanan yang ia beli ke penjaga kantin.
"Cuma temen." Jawab Val datar.
"Temen kok berduaan terus. Gak mungkinlah !" Dan Val langsung pergi meninggalkan Rangga sambil berucap, "terserah kamu."
Alasannya ringan. Val tak suka jawabanya diragukan. Hanya akan membuatnya kesal nantinya. Apalagi yang dihadapi nya itu Rangga. Siswa urakan yang sikapnya bener-bener gak disukai Val.
"Kok Lo gak sopan gitu sama kakak kelas?" Seru Rangga agar Val yang melangkah meninggalkan kantin mendengarnya. Dan Val memang langsung berhenti. Tapi tidak untuk menghampiri Rangga. Dia hanya berbalik badan lalu tersenyum.
"Gak penting bikin Lo percaya sama jawaban gue. Terus kalo gue bohong ke kakak kelas ada untungnya gitu?" Val langsung melenggang pergi tanpa bicara lagi. Itu pilihan terbaik bagi dirinya sendiri daripada nanti ia hilang kontrol.
"Bicara sama keturunan komodo emang bikin jengkel doang!" Dan dia hanya bisa bergumam setelah itu.
Rasanya hari terasa begitu ringan untuk mereka. Karena Val, Dearin jadi punya banyak teman dari anak jurusan IPS. Baik junior ataupun seniornya. Karena Val memang banyak teman dan dikenal banyak orang karena keramahannya.
"Krriiiiinnnggg!!" Dearin terperanjat. Ia segera bangkit dari sofa dan mengangkat telepon rumah yang berdering di ruang tengah.
"Hallo?" Sapa Dearin.
"Pagi, Mbak. Saya orang ganteng dari rumah sebelah. " Suara Val diseberang berhasil membuat Dearin tersenyum.
"Apaan sih Val? PD banget kamu!" Kini Val yang cekikikan disana.
"Masuk sekolah yuk?" Ajak Val bercanda. Ya, mereka sedang menikmati libur selama beberapa hari karena kelas XII sedang mengadakan try out.
"Ngapain?" Tanya Dearin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Tanda
Roman pour AdolescentsBertemu, mengenal, saling membuat nyaman, sama-sama suka, lalu menjalin hubungan. Bukankah itu sudah biasa? Bagaimana kalau bertemu, mengenal, saling membuat nyaman, sama-sama suka tapi tak bisa menjalin hubungan? Itu yang dirasakan Dearin saat ia b...