Seperti judulnya, isinya juga sepeti itu. Trash talk aja seputar dibalik cerita Eat, Drink, and be Married (EDabM).
Oke, cerita ini ku tulis tiga atau empat tahun lalu, aku lupa persisnya kapan pertama kali upload. Ini cerita yang pernah ku anggurin satu tahun, ku drop karena saat itu aku sama sekali nggak bisa nulis karena banyak alasan. Salah satunya, like no body put their interest with this story anyway, so why should I write it back and forth? bocah banget emang, tapi itu salah satu alasan aku drop cerita ini satu tahun.
Satu tahun itu aku nggak buka wattpad sama sekali, dan yang buat aku balik buka adalah temen yang post ceritanya di wattpad. Aku baca, mau vote dan komen harus login dan login lah diriku. Dan apa yang kuliat pertama kali? ada yang komen dan vote cerita ini.
Wow.
Dan kembalilah aku ke wattpad tapi nggak sering juga sebenernya.
Cerita ini berawal dari ketertarikanku dengan curhatan temen yang nikah sama ekspat Korea Selatan. Yes, jaman itu nggak ada yang panggil oppa2, masih pada manggilnya nama aja. Ada satu keluhan yang selaluuuu ku denger, "laki gue lempeng banget kayak jalan tol jagorawi kejebak macet di musim ujan, stagnan, dingin, dan seringnya buat bete." maklum penganten baru, tu curhatan dulu awal2 nikah sih karena ya memang orangnya kayak gitu. Dan muncullah ide, "gue kepikiran deh nulis cerita keluhan lo itu." dan lahirlah Nate yang nggak ekspresif dan Mischa yang kalo udah ngomong kadang nyakitin dan blak-blakan.
Kenapa harus tajir? banyak orang disekitarku yang punya uang tapi hidupnya tidak seindah feed instagram mereka. Ada yang bermasalah sama keluarga, sama pasangan, sama diri sendiri, bahkan sama si uang yang nggak punya seri saking bayaknya. Kebanyakan orang mikir yang punya banyak uang itu enak, ya enak sih bisa beli apa aja yang di mau, tapi uang nggak bisa beli kebimbangan mental.
Dan pernikahan salah satunya. Karena ada banyak orang disekitarku yang bercerai, perceraian jaman sekarang bagiku hal yang biasa. Ada yang jadi single parent, ada yang nikah lagi, bahkan ada yang milih buat single aja males nikah.
Sama kayak aku yang masih mikir, nikah itu golnya apa? apa yang aku mau? dan itu mash kepikiran sampai sekarang.
Cerita ini buatku personal. Sebuah proses, pengalaman, keputus asaan, pengorbanan, harapan, dan memori. Emang ini ada dari pengalaman pribadi? Ada, tapi nggak banyak. cuma sebagian kecil yang ku bubuhi imajinasi. Dan karena itu pasti banyak yang mikir, hal kayak ini tuh nggak mungkin kejadian, part ini tuh aneh, snobbish, dan sebagainya. Ya, banyak plot holes, karena yang nulis juga semaunya aja. This story is my universe, dengan segala kekurangannya. Aku sadar, dan aku selalu minta masukkannya.
satu hal lagi, proses nulis ini selalu di tengah malem. Makanya lama selesainya, ya karena pas nulis satu paragraf udah ngantuk duluan hahahaha aku bukan tipe yang bisa nulis di cafe sambil ngopi gaul, bukan juga yang suka nulis di weekend siang-siang sambil denger playlist sportify. Buatku nulis itu enaknya di malam hari, karena aku bisa mikir dengan jernih, aku bisa inget satu dua hal yang pernah terjadi, sedang terjadi.
Oleh karena itu, buat yang sudah baca, sedang baca, baca tapi sedikit aja, terima kasih banyak. Dukungan kalian dalam bentuk apa pun itu jadi motivasi aku untuk kembali ke wattpad. Kembali nulis, kembali bisa interaksi. Aku bener-bener berterima kasih.
Untuk chapter selanjutnya, masih dalam proses penulisan. Terima kasih mau nunggu, it means a lot. I really mean it.
Sudah dulu trash talknya, semoga tahun 2019 tahun yang bagus untuk kita semua. Jangan lupa bahagia, dan membahagiakan diri. Baru bahagiakan orang sekitar.
Love,
June Mile
KAMU SEDANG MEMBACA
Eat, Drink, and Be Married (COMPLETE)
RomanceRank #5 in Metropop (24 April 2021) "Sometimes, you don't get what you want. But god gives you other things, a way out better as an exchange." Mischa Woo Mardhiata, wanita karir sukses yang menetap di New York atas tuntutan pekerjaan. Menikah denga...