Dua Puluh Satu : Bali

1.8K 194 22
                                    

Menjelang peluncuran edisi terbaru seminggu lagi, Mischa malah melakukan sweet escape-nya ke Bali, ikut dengan Abde yang sedang mengikuti annual meeting dengan kantor pusat yang sekalian merangkap ODP anak-anak baru. Abde bilang mengirit anggran, namun ia juga bilang itu hanyalah akal-akalan orang-orang saja untuk sekalian mencari celah di annual meeting yang dihadiri petinggi dari berbagai negara.

Yang mana saja tidak penting bagi Mischa, ia hanya ingin liburan sejenak. Tiga hari dua malam sebelum ia kembali ke dengan tampilan yang harus fresh seratus persen. Sehari setelah pulang nanti, ia harus datang ke acara peluncuran majalah Too Bold yang baru, setelah tiga minggu berkutat dengan pekerjaan barunya.

Sesampainya di Bali, Mischa hanya berdiam di kamar sementara Arthur langsung pergi setelah mandi dan berganti pakaian untuk hello party, itu istilah orang-orang saham yang dihabiskan dengan minum-minum sambil membahas pekerjaan berbalut percakapan kasual. Dan itu bukan tempat untuknya, Mischa tidak ingin terjebak masuk di kumpulan orang-orang yang hanya akan menanyakan statusnya dengan Arthur dan dengung oh serempak setelah ia memperkenalkan dirinya, atau namanya tentu saja. Ia sudah babak belur mengejar rilisnya majalah untuk bulan depan. Dua minggu pulang di atas jam dua pagi, beberapa malah mengungsi ke hotel karena terlalu lelah untuk menyetir pulang atau duduk di mobil dan membiarkan gocar membawa tubuh mereka.

Ternyata, menantang bulldog membuatnya harus ekstra melakukan berbagai pekerjaan. Beberapa vendor yang sebelumnya mulus-mulus saja bekerja sama dengan Too Bold kini mendadak menarik diri. Ia harus memulai semuanya dari nol, dari mengandalkan namanya sampai menelepon beberapa koleganya di kantor yang dulu. Semua itu membuatnya harus memesan lima kamar selama lebih dari seminggu demi staff yang kelelahan mengerjakan artikel bulanan. Sedangkan ia menginap di rumah Amy dan langsung tertidur pulas tanpa mengganti pakaian lebih dulu. Wajahnya juga hanya ia sapu dengan tisu basah, dan membuat lipstik yang masih sedikit tertinggal di bibir.

Dan sebagai balasannya, malam ini ia menginap di Jimbaran. Namun malam pertama ia hanya menghabiskan waktu di kamar, memesan room service untuk makan malam sambil menonton Netflix. Padahal ia bisa saja duduk di rooftop menikmati pemandangan malam dengan bonus live music, tapi ia sedang malas. Dan kemungkinan besar rooftop sudah dihuni teman-teman Abde. Dan malasnya kian menumpuk.

Sebenarnya ia sudah jadi omongan sejak check in tadi. Beberapa orang tersenyum dan berbisik, menjadikannya bahan gunjingan ketika ia dengan santainya mengapit lengan Abde yang dibalut kaus polo. Dan dengan lantang, ia menyebutkan namanya dan kata private pool sebagai tanda bahwa ia tidak sekadar menumpang saja. Ia menyewa kamarnya sendiri, dan Abde dipaksanya untuk mengungsi ke kamarnya setelah Mischa tersenyum manis pada Tomo si roommate Abde.

"The room is all yours, Mo." Kata Mischa setelah memberi kunci yang disodorkan resepsionis ke tangannya.

"Awas bocor!" ledek Tomo.

"Emang gue elo!" Abde menyikut lengan temannya itu yang sudah tertawa.

"Eits! Jangan salah, gue nggak pernah bocor." Balasnya.

Mischa menunjuk kedua lelaki yang menjulang di hadapannya dengan kacamata, "otaknya pada di selangkangan semua nih! Bocor-bocor, lo pada lagi mens emang? Udah yok! Angkut, gue mau tiduran bentar."

"Derajat lo udah turun, dari cowok panggilan ke bellboy, Cuy!"

"Kampret!"

Mischa hanya tertawa mendengar percakapan dua pria yang berjalan di belakangnya. Rombongan kantor mereka masih berkumpul di lobi, Mischa tidak mau lebih lama lagi menjadi badut di kerumunan yang hanya akan ia ingat wajahnya selama di sini saja. Ia mau beristirahat sejenak melupakan beberapa persoalan hidup yang biasa menggelayut di sepanjang hari. Terlebih, ketika ia sedang termenung dan sendiri.

Eat, Drink, and Be Married (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang