"Mengapa kau hanya bersikap lain kepadaku?"
-Rain-
***
Hari - hari berjalan seperti biasa. Materi - materi yang jauh lebih susah dibanding sebelumnya, kerja kelompok yang tiap harinya dijanjikan, tugas rumah yang tak ada habisnya, dan tak lupa menghafal presentasi yang harus dilisankan di depan kelas.
Memang begini kehidupan anak sekolah. Harus pandai menggunakan waktu sebaik - baiknya agar tak terbuang secara percuma.
Di hari Kamis siang selepas pulang sekolah, aku beserta anak - anak sastra lain seperti biasa sudah berkumpul di ruang sastra. Setiap Kamis, aku mengikuti ekstrakurikuler favoritku; sastra.
Minggu depan, tepat hari lahir sastra yang ke lima tahun. Jadi hari ini sastra amat sibuk. Membuat mading, menyelesaikan majalah, serta hal - hal yang lain.
"Gimana kalau tema mading kali ini kita buat tentang ulang tahun? Isinya 'apa sih ulang tahun itu?' 'Kenapa harus ada tiup lilin.' Sekalian juga bawahnya dikasih "Anniv 5th sastra" gitu. Gimana?" Usul Sekar.
"Ah iya, aku setuju. Nanti kita hias seramai mungkin biar kesan ulang tahunnya semakin dapet." Kata Ajeng.
"Oke sip. Untuk pembuatan film tim SCC udah di kabarin?" Tanya Sekar.
"Udah. Naskah gimana, Rain?" Tanya Najma.
Aku yang tengah mengutak - atik laptop mendongakkan kepalaku menghadap ke depan.
"Iya, Sabtu jadi. Minggu kita shoot gimana?" Tanyaku.
"Boleh. Secepatnya aja. Yang lain majalahnya cepat diselesaikan ya! Di tata serapi mungkin. Untuk cover majalahnya sudah di Farhan. Tinggal isinya diselesaikan." Kata Sekar.
"Oke," semua mengangguk.
Sastra bekerja sama dengan SCC. SMP 3 Creative Comunity atau biasa disingkat dengan SCC adalah tim yang berurusan dengan kamera. Entah urusan merekam, memotret, ataupun edit - mengedit. Jadi sastra yang membuat naskah, menjadi pemeran, dan SCC lah yang merekam sekaligus mengedit.
"Buat minggu depan Bu Fitri gamau pakai kue tart, katanya mahal dan cuma dapat sedikit. Kita potong tumpeng aja katanya. Lebih kenyang." Kata Najma.
"La gimana Naj? Udah pesan?" Tanya Aqila.
"Siapa ya yang jual tumpeng?" Tanya Najma.
"Oh, Ibunya Anggi aja Naj. Coba nanti tanya Anggi." Usulku.
Najma mengangguk sambil mengacungkan jempol.
Kegiatan sastra berakhir pukul setengah lima sore. Bunda sepertinya belum pulang kantor. Aku juga bingung papa di rumah atau tidak. Kakiku berjalan menuju halte depan sekolah dan duduk di sana. Pandanganku kosong ke jalan raya yang dilewati beberapa motor.
Ada 2 angan yang melekat dalam otakku sekarang. Satu, berharap papa peka anaknya sudah pulang menunggunya di sini dan dua, berharap aku punya pacar sehingga di sore hari seperti ini aku akan dijemput olehnya menggunakan motor ninja seperti dikebanyakan cerita.
![](https://img.wattpad.com/cover/170325660-288-k544254.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember
Teen FictionKisah hujan dan kehilangan - kehilangannya. Termasuk kehilangan kenangannya.