[-25] Keluh Kesah

92 17 4
                                    

"Sebenarnya aku benar - benar jatuh cinta atau ini hanya perasaan sementara?"

-Rain-

***

Aku menjalani kehidupan seperti biasa. Tidak ada komunikasi yang semakin membaik. Tidak ada kejelasan yang memeperjelas semuanya.

Sejak tragedi pesan tidak jelas yang dikirimkan oleh Yulla, aku tak pernah mempertanyakan maksud dari pesan tersebut kepadanya secara langsung. Sejak telepon penenang Cakra selama delapan detik itu aku tak pernah lagi berkomunikasi dengannya.

Sama sekali.

Aku benar - benar berubah. Tak ada lagi aku yang membalas tatapannya dan beku cukup lama. Tak ada lagi senyum kecil diantara kami ketika berpapasan.

Dita sudah mengatakan padaku berkali - kali bahwa anak itu terus - terusan memandangiku dari tempat duduknya. Namun aku hanya menggeleng dan menunduk sembari berkata,

"Biarin. Diem aja. Jangan kasih tau aku." Akhirnya, Dita diam. Tak ada lagi pengaduan tentang Cakra dari mulut Dita.

Berkali - kali pula aku menolak ajakan ke kantin. Berkali - kali juga aku diam dan menggeleng ketika Dinar dan Anin menawarkan telinganya untuk mendengarkanku berkeluh kesah.

Bisa dikatakan aku drop. Aku ketakutan setengah mati padahal hanya perkara sepele. Namun, aku tak pernah mengikutkan otakku untuk ikut drop seperti hati. Otak harus terus bekerja guna meningkatkanku dalam segi pendidikan. Biarkan hati yang remuk, otak jangan.

"Baiklah, ada yang mau memberikan pendapat atau asumsinya pada berita yang baru saja ditayangkan?" Tanya Bu Fitri ketika tengah mengajar.

Cepat - cepat aku mengacungkan tangan.

"Iya Rain. Silakan maju," aku berdiri dan maju ke depan kelas. Pandanganku hanya ke depan. Hatiku teguh untuk tidak membelokkan mata pada barisan paling pojok.

"Ya Rain. Silakan apa pendapatmu,"

Aku menarik napas dalam - dalam.

"Menurut saya, berita yang baru saja ditayangkan dalam segi isinya begitu menarik. Di sana memberikan pelajaran bahwa kita harus tetap semangat menempuh pendidikan dan selalu bersyukur. Karena di luar sana banyak sekali anak - anak yang kalau mau sekolah saja kesusahan,"

Aku berhenti sejenak.

"Namun dalam berita itu juga dalam pembawaan kameranya terlampau cepat. Jadi pas saya nonton juga agak pusing. Si pembawa berita juga ngomongnya tersendat - sendat." Ujarku menyelesaikan.

"Iya beri tepuk tangan buat teman kalian Rain."

Sekelas riuh dengan tepuk tangan.

"Jawabannya sempurna. Ada yang ingin bertanya?" Tanya Bu Fitri pada sekelas.

Salah satu temanku yang duduk di bagian tengah mengacungkan tangannya.

"Kalau tadi katamu kita harus tetap semangat sekolah, kenapa kamu enggak suka bersosialisasi sama teman - teman sekelas?" Aku tercekat. Bukan pertanyaan ini yang kuharapkan.

RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang