[-24] Di Atas Jok

100 15 1
                                    

"Semesta, aku ingin dia. Boleh, ya?"

-Rain-

***

Kicauan burung terdengar. Sinar mentari menerobos melewati celah - celah ventilasi. Derapan langkah disertai cakap - cakap sudah terdengar dari beberapa penghuni bumi.

Ketika mata terbuka di Minggu yang cerah, aku menguap perlahan kemudian meregangkan otot - ototku yang kaku. Ketika menoleh ke arah dimana jam dinding tertempel, aku langsung terduduk dan terbelalak.

"INI MINGGU PAGI!"

Pagi ini aku kesetanan luar biasa. Padahal semalaman aku berdoa agar malam berjalan lebih lama dari biasanya. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Malam berlalu begitu cepat.

Aku memeriksa ponsel untuk memastikan bahwa semalam itu hanyalah anganku belaka.

Cakra:
Besok pagi ktny ada shoot film?

Rain:
Ya

Cakra:
Ydh besok aku jmpt. Sekalian bsk aku ada rebana di sklh.

Rain:
Kan km gtw my home

Cakra:
Kata who?
Udh y, gdnight

"AAAAAAAAAA" Aku berlari ke kamar mandi. Chatting semalam itu bukan mimpi, khayalan, ataupun ngelindur. Ini benar - benar nyata. Aku akan berboncengan dengan Cakra.

Setelah mandi, aku menggunakan baju kompak sastra. Yaitu kemeja biru garis - garis putih dengan kancing di depannya. Aku menggunakan celana jeans biru dan mengikat rambutku menjadi satu di belakang.

"Lho? Tumben bangun lebih awal?" Bunda yang tengah menyiapkan sarapan menandangku dengan wajah heran.

"Iya, ada shoot."

Aku membantu bunda menggoreng tempe. Bunda berdiri di sebelahku sambil mengaduk teh.

"Bun, aku di anter cowo ke sekolahnya," ungkapku.

"Siapa? Zaqi?" Tanya Bunda. Zaqi itu sahabat cowokku sejak lama.

"Bukan. Temen sekelas," jawabku.

Aku agak takut karena kali ini aku akan pergi dengan lelaki yang belum dikenal akrab oleh keluarga.

"Siapa?"

"Namanya Cakra. Katanya dia mau sekalian latihan rebana di sekolah. Jadi jemput aku sekalian," ujarku.

"Yaudah. Hati - hati," jawab bunda yang membuatku senang sekali bukan main.

"Tapi jangan bilang papa ya, bun." Kataku.

Bunda menoleh dan menatapku dengan tatapan yang.. er.. mengerikan.

"Kamu pacaran?" Tanya bunda.

"HAH? TETEH PACARAN?!" Jihan berteriak di meja makan. Aku membelalakkan mata. Bagaimana kalau nanti papa dengar dan aku malah diintrogasi.

RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang