Vote dulu sebelum bacaaaa 👐
"Aku tetap menepati janjiku untuk mengenakan biru meski kamu membuat semuanya terasa abu - abu."
-Rain-
***
Semua ini hanyalah prank. Oke. Ini prank. Bu Fitri tidak pindah. Pengumuman hasil CPNS belum keluar. Sastra tidak bubar, kegiatan kemah kemarin tetap dilanjutkan sesuai jadwal.
Kenapa Bu Fitri dan Pak Lutfi melakukan ini semua?
"Kalian itu anak jurnalis. Seorang pembawa berita, pencari berita, kalian nggak capek fisik doang. Tapi juga harus siap capek pikiran. Otak kalian harus dipakai. Jangan mudah percaya omongan orang. Sekali dengar berita, langsung percaya gitu aja itu namanya bukan jurnalis."
Oke, ini adalah salah satu pelatihan jurnalis melalui praktik. Bukan materi. Tangisan tengah malam itu benar - benar membuat mata semua anak sastra sembab.
Kemah sudah berakhir. Pelajaran - pelajaran banyak yang diambil.
Jumat pagi ini kelas kami pindah. Kelas 8D digunakan untuk latihan paduan suara. Jadilah aku dan teman - teman sekelas memindahkan barang - barang ke laboratorium komputer. Duduk berhadapan dengan komputer - komputer memang sangat tidak nyaman. Tapi setidaknya jam kosong benar - benar membuat aku dan yang lainnya senang.
Di bawah dinginnya AC, aku ikut mendengarkan cerita Rani tentang hantu. Tak hanya aku, Sinka, Putri, Dinda, Caca, Hasna, Dita, Dinar, dan Aninpun ikut diam mendengarkan Rani bercerita.
"Serius. Di situ bener - bener gelap. Nggak ada penerangan sedikitpun. Ya aku terus aja jalan, lagian udah mau subuh kan ya."
Rasanya hening, padahal saat ini kelas benar - benar bising.
"Waktu aku jalan beberapa langkah gitu, kok rasanya merinding. Aku gaberani nengok belakang, sedikitpun. Lagian kalau aku nengok belakang malah yang ada nanti aku lihat."
"Tapi alhamdulillahnya aku sampai rumah dengan selamat. Enggak terjadi apa - apa. Cuma si emang pas mau masuk rumah di depan pintu rasanya kayak dibelakang tuh ada yang ikut gitu."
Semua yang mendengarkan cerita Rani termasuk aku, ikut deg - degan. Anak berkacamata itu sukses membuatku merinding.
"Eh nonton yuk!" Ajak Hasna tiba - tiba.
"Kuy lah, kuy!"
Serempak aku dan yang lainnya terfokus pada laptop yang dibawa Hasna. Perempuan itu menancapkan flashdisk dan mulai memilih - milih film.
"Mau film apa?" Tanyanya.
"Horor aja. Biar mendukung. Barusan kita kan cerita - cerita horor." Kata Anin.
Hasna memilih salah satu film. Tak lama kemudian, kami semua larut dalam suasana.
"Woi woi, geser dong." Deksa datang, membuyarkan suasana hening diantara kami. Lelaki tengil itu duduk di sebelah Aisy.
"Halah, modus dasar." Kata Sinka.
Pemutaran film dijeda sebab situasi yang bising akan kehadiran Deksa. Lelaki itu modus, ingin dekat - dekat dengan Aisy. Sampai akhirnya ketika keadaan sudah normal, film kembali dilanjutkan.
"Ikan cucut ikan pesut,"
"LANJOOOT!" Serempak semua menyambung pantun Hasna.
Hening lagi. Suara berdebum dari film itu benar - benar membuat jantung ini hendak lepas dari tempatnya. Hantunya keluar. Serempak semua berteriak. Aisy yang shock langsung menenggelamkan wajahnya di lengan Deksa dan disambut ejekan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember
Teen FictionKisah hujan dan kehilangan - kehilangannya. Termasuk kehilangan kenangannya.