2. Blado!

106 17 3
                                    

"Ada dua hal yang sukar di dunia ini. Satu, ketika senja ingin bertemu malam dan dua, ketika aku ingin melupakanmu."

-Rain-

***

Hari ini hari Selasa. Sesuai janji, sekarang aku sudah berada di depan rumah menunggu jemputan Anin dan Dita yang katanya sudah menyewa go - car. Aku hanya memakai kaos biru dongker dengan motif pacman dan celana kulot kuning. Aku mengikat rambut panjangku menjadi satu ke belakang dan memakai Adidas biru dongker.

Di dalam tas ranselku, aku membawa sandal jepit, mukena, air mineral, dan pakaian ganti. Masalahnya nanti disana kita akan main ke sawah, sungai, dan bahkan jalan - jalan ke hutan. Kata Dinar.

"Rain, mobilnya gabisa masuk ke gang mu. Kamu keluar gang aja ya?" Ujar Anin di seberang telepon.

"Iya. Sebentar aku pamit bunda dulu." Ujarku dan melangkah masuk ke dalam rumah. Setelah berpamitan, aku menutup pintu dan berjalan ke gang depan.

Aku melihat mobil fortuner putih di seberang gang. Pantas saja tak bisa masuk. Melihat jalanan sepi, aku segera menyebrang dan masuk ke dalam mobil bagian tengah. Dita dan Anin duduk bersebelahan disana.

"Kamu depan, Rain." Ujar Dita. Aku memutar bola mataku malas dan menutup pintu lalu duduk di sebelah sopir.

"Ke Blado ya, mbak." Ujar sopir mulai mengubah kopling dan mobil mulai bergerak.

Aku benar - benar rindu untuk kumpul berempat. Dulu, di kelas delapan, aku dan ketiga anak ini benar - benar dekat. Masalah apapun pasti hanya ketiga anak ini yang tahu. Kita sudah seperti saudara.

Aku ingat saat terakhir kali main ke Blado, Dita didorong ke sawah dan seluruh tubuhnya cokelat semua. Akhirnya agar adil, kita berempat mandi di sawah dan bilas di sungai. Ah, rasanya aku ingin cepat - cepat sampai.

Perjalanan memakan waktu kurang lebih satu jam setengah dari Batang kota sampai Kecamatan Blado. Kami akan berhenti di masjid Blado nanti.

Keadaan mobil hening. Hanya terdengar alunan musik yang mengalun pelan. Kulihat dari kaca spion tengah Anin dan Dita terlihat sibuk dengan ponselnya masing - masing. Namun terkadang aku juga mendengar mereka saling mengobrol lalu kembali asyik dengan dunianya sendiri.

Mobil berhenti. Sopir mobil menarik rem tangan yang menandakan sudah sampai tujuan. Aku yang saat itu hendak tertidur langsung membuka mataku lebar - lebar dan keluar dari mobil.

Udara sejuk khas pegunungan langsung menerpa kulit. Kuhirup udara dalam - dalam yang mengisi penuh rongga paru - paru. Aku meregangkan otot - otot yang kaku karena terlalu lama duduk di mobil. Ah lega sekali.

"Rain? Ayo." Aku menoleh dan langsung berjalan memasuki masjid bersama Anin dan Dita.

Kami duduk di pelataran masjid. Kutenggak sedikit air putih yang kubawa dari rumah. Anin sibuk menghubungi  Dinar untuk memberitahu bahwa kita sudah sampai di masjid Blado.

Biasanya kalau kita berkunjung ke rumah Dinar, kita akan menunggu di masjid Blado dan menunggu Dinar menjemput. Setelah Dinar datang, kami berempat jalan kaki sampai rumahnya.

Bisa saja kita memesan go - car sampai gang rumah Dinar. Bisa juga kita tak perlu menyuruh Dinar untuk menjemput disini.

Namun, kalau kita memesan go - car sampai depan gang, maka jalannya lebih jauh. Jika berjalan kaki kita bisa lewat jalan tikus yang lebih dekat dan tak bisa dilewati mobil.

RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang