1. Punya Masa Kelam

281 15 3
                                    

Terimakasih sudah datang untuk membaca Januari Sampai Desember. Love.

Setelah Ganisya mendapat foto laki-laki sedang memakai baju karate dibalik handphone Virza. Ganisya sedikit ingin tahu ini siapa. Alhasil ini membuat Virza batal menyuap sesendok nasi berkuah soto.

"Jadi ini abang gue", penjelasan dari Virza barusan membuat Ganisya tidak percaya kalau Virza sebenarnya punya Abang.

"Kecil nya aja ganteng, gimana gede nya Ja, ganteng maksimal banget berarti bukan ganteng aja".

Virza hanya menaikan kedua alisnya, menyetujui perkataan Ganisya.

Ganisya mengembalikan handphone Virza kepada pemiliknya. Kini Ganisya melanjutkan kegiatan yang sebelumnya ia lakukan, makan baso aci yang jadi favorit semua siswa-siswi SMA BINTANG .

Virza kembali bicara setelah beberapa menit hening, "Namanya Zul. Meninggal karena penyakit infeksi saluran pernafasan. Dulu dia masih SMP kelas satu. Orang tua gue gaada yang peduli"

Flashback On

Bukan hal yang aneh untuk Virza, suasana rumahnya setiap hari penuh suara pertengkaran, satu sama lain saling egois. Bundanya ingin cerai karena tidak tahan lagi dengan penyakit anak sulungnya yang tak kunjung sembuh, alhasil uang terkuras habis untuk pengobatan. Ayahnya ingin cerai sama seperti ibunya, namun ini beda masalah, ayahnya lebih memilih tinggal bersana wanita simpanannya, dan sudah tidak mau tahu lagi dengan persoalan anaknya yang sedang sakit diujung nyawa ini.

Virza lelah mendengar ini semua. Dia hanya bisa menangis dibalik papan kayu (pintu), sembari mendengar mereka bertengkar setiap harinya. Abangnya dirumah sakit terbaring kaku, melawan penyakit. Virza yang masih duduk dikelas 3 Sekolah Dasar ini hanya ingin orang tuanya kembali baik, dan saling melengkapi untuk kesembuhan kakaknya. Apa yang bisa Virza lakukan diumur yang masih kanak-kanak ini.

Delapan hari kemudian kabar buruk sampai pada Virza. Dihari yang sama, saat orang tuanya resmi bercerai, Bang Zul harus pergi untuk selamanya. Mungkin Tuhan sayang pada Bang Zul, inilah cara terbaik agar Bang Zul tidak merasakan sakit lagi. Tapi rasa kehilangan bagi Virza, ini sangat menyakitkan. Kehilangan orang tua dan saudara kandungnya.

Dimakam sama sekali orang tuanya tidak hadir, mengucapkan salam akhir pada anak sulungnya. Miris, bagaimana bisa ada orang tua seperti ini. Ini bukan seharusnya Virza menimpa masalah ini. Usianya sangat amat belum cukup untuk menimpa masalah yang cukup berat. Salah satu orang tuanya tidak ada yang peduli akan kelangsungan hidup Virza. Sampai pada akhirnya Virza ada di hak asuh Tantenya. Entah apa yang ada dikepala orang tua kandung Virza dan Zul.

Flashback Off

Mendengar cerita Virza barusan. Ganisya sangat sedih. Rasanya ini seperti kisah dongeng yang baru saja dibuat Virza beberapa menit, tapi ini nyata benar-benar jalan kehidupan Virza yang kelam. Setelah Ganisya lolos mengeluarkan air matanya, Alvin, Arga, Dimdim, Aji, dan Lula datang dan mengambil posisi duduk dibangku kantin. Tepatnya didekat Virza dan Ganisya. Mereka telat datang karena harus memesan makanan yang antri nya sangat penuh bukan kepalang.

"Ngapa lu Nis. Mewek lo?", tanya Dimdim yang melihat Ganisya terisak-isak.

Lula yang mendengar perkataaan Dimdim reflek melihat kearah Ganisya, diikuti yang lainnya juga. Seingat Lula tidak ada orang selain Virza yang bersama Ganisya sebelum Ganisya menangis seperti ini.

"Nah loh. Ulah lo kan Ja, Lo jailin?", tanya Lula sambil menyuap pempek pertamanya.

Virza mendengar pertanyaan itu langsung menyanggah. "Kepedesan, sambel nya kebanyakan, so kuat ni anak. Cengeng cuman sama sambel juga", Virza menyembunyikan perihal yang sebenarnya.

Ganisya membersihkan sisa air mata yang ada di pipi nya. Dia melihat kearah Virza. Ketika mereka saling pandang, Virza memberi kode agar tidak mengatakan yang sebenarnya. "Kuahnya nyiprat ke mata tadi", Ganisya menjelaskan, perihal berbohong Ganisya jagoannya.

"Alay. Makannya makan tuh masukinnya ke mulut, jangan ke mata itu salah server namanya", Virza malah membuat Ganisya kesal, akting sih tapi menyebalkan.

"Virzaaa!!", Ganisya menyodorkan sendok berisikan sambal kearah Virza.

"Cabein aja, berani ga?"

"Eh! Lo nantangin ha!"

Lula mulai kebisingan "Et et et udah dong berisik jangan gangu kenikmatan pempek gue, ribut aja cuman gara-gara makan lewat mata"

"ISSHH!! LULA! Kok lo mihak Virza si"

"Enggak. Gue ga mihak siapa-siapa, gue mihak pempek gue. Udah diem berisik"

Virza memebentuk tangannya jadi jempol. Berisyarat akting Ganisya bagus walaupun sedikit kesal. Tapi memang sebenarnya Ganisya sangat kesal. "Galucu!", bisik Ganisya lirih pada Virza.





Salam hangat, dhikta.
Maaf baru kembali, dan membawa cerita baru.

Januari Sampai Desember [Revisi baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang