19.Obrolan Bawah Pohon

11 2 0
                                    

Dilorong Alia sedang membuntuti Virza, memang sudah gila.

Disana Virza sudah merasa kalau ada yang mengikuti nya, namun Virza abaikan begitu saja.

"Ekhem ekhem ekhem"

Terdengar Alia berdeham disana.

Namun tidak harus Virza respon juga kan? Virza lebih memilih melanjutkan langkahnya.

Dengan sigap Alia berdiri tepat dihadapan Virza, sampai langkah Virza terhenti dan terhalang.

"Papa nunggu kamu"

Kalimat itu keluar dari mulut Alia begitu saja. Yang artinya, Alia sudah bercerita tentang Virza pada Papa nya.

"Minggir!", ucap Virza.

"Gamau, aku masih mau ngobrol sama kamu, berdua", balas Alia dengan kalimat menjijikan di kuping Virza.

Virza mengabaikan begitu saja, dan melanjutkan langkahnya.

"IH! Virza! Gue masih mau ngomong! Ko pergi gitu aja sih", kejar Alia.

Virza tetap mengabaikan.

Alia tidak menyerah terus mengejar.

Disana langkah Alia terhenti saat muncul Alvin disana. Alvin terlihat hanya menatap Alia sebentar namun ekspresi Alia berubah menjadi ketakutan dan langsung balik badan.

Virza dan Alvin pun saling pandang, disana Virza masih keheranan, mengapa begitu takutnya Alia pada Alvin.

Virza mengangkat satu alisnya pada Alvin, pertanda 'why?'

"Ada apa?", tanya Virza serius.

Alvin terkekeh tidak mau menjawab, malah mengalihkan pembicaraan. "Besok jadi latihan kan, gue mau bawa mobil"

"Ada apa sama Alia?", ulang Virza.

"Gaada apa apa, lagian gue gakenal", jawab Alvin yang terlihat gugup.

Disana Virza bisa menangkap ekspresi Alvin yang gugup, sebenarnya ada apa ini.

****

Ganisya menidurkan kepalanya di bangku kelas miliknya, yang sebelahnya terdapat Lula.

"Sya, kerjain tugasnya", ucap Lula disebelahnya.

Ganisya tidak merespon, ia masih tetap diposisi yang sama.

"Sya, syaaa, kerjain", ucap Lula lagi.

"Ckk, lagi males Lula", Ganisya bangun dan berkata seperti itu.

"Gue bantu kalo gangerti"

"Gue liat Lo aja, mau segimanapun Lo jelasin gue gabakal pernah ngerti pelajaran Math, titik", Ganisya menggaruk kepala nya yang tak gatal.

"Lo nya aja gaada ambisi buat bisa, sampai kapanpun ya gaakan bisa", ucap Lula yang agak membuat Ganisya tersinggung.

Ganisya langsung berdiri dan meminta izin pada guru, untuk ke toilet.

"Kenapa?", tanya Virza pada Lula.

"Gangerti", balas Lula.

Disana Virza menyusul keluar kelas.

****
Virza menunggu Ganisya didepan toilet. Benar saja beberapa detik kemudian Ganisya muncul dari balik pintu masuk toilet wanita.

Mata Ganisya terkejut melihat ada Virza disini.

Virza memeluk Ganisya disana. Ganisya tersenyum kecil disana.

Ganisya benar-benar terkejut. "Za, ini sekolah"

Disana Virza melepas pelukan itu dan mengusap-usap puncak kepala Ganisya. "Jangan badmood lagi, udah dipeluk"

Ganisya tersenyum kecil disana. Virza selalu tau apa yang Ganisya mau.

"Jail!", ucap Ganisya.

"Jail kenapa?"

Ganisya menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil "Engga, emm aku balik kekelas duluan"

"Gausah, bentar lagi bel pulang. Kantin aja", ucap Virza.

"Lagi ga pengen makan"

"Taman belakang aja, mau ngobrol?", tawar Virza.

Ganisya mengangguk "Emm boleh"

****
Didalam kelas, Lula bingung kemana Ganisya. Sedari tadi tidak balik lagi kekelas, Virza juga belum datang.

Tertebak mereka berdua sedang bersama.

"Mau nyontek dong Lul", ucap Dimdim yang tiba-tiba duduk di bangku milik Ganisya.

Lula hanya melirik sinis.

"Lula yang cantik banget, manis lagi. Pangeran Dimdim mau liat tugasnya"

"Udah gue kumpulin", jawab Lula singkat.

Dimdim menatap mata Lula dalam. Disana Lula merasa diperhatikan, Lula juga menatap wajah Dimdim.

Jika diperhatikan, sebenarnya wajah Dimdim tidak seburuk itu, cukup tampan, namun kelakuan nya saja yang membuat geleng kepala.

"WOY!", Aji mengejutkan mereka berdua.

"Malah liat-liatan, anggota bucin baru lo pada? Lo lagian Lul, mau sama Dimdim? Kenapa gasama gue aja", ucap Aji yang sok kegantengan, yang memang faktanya memang ganteng.

Lula hanya mendelikan matanya kearah Aji.

"Lo kalo susah move on sama mantan lo yang anak SMA GARUDA, jalanin aja sana gue dulu, entar juga nyaman", ucap Aji.

"Berisik Lo, geli gue dengernya", Dimdim merasa terganggu.

****
Ganisya duduk dibawah pohon besar bersama Virza, Ganisya kedua kalinya bersama Virza kemari. Mereka duduk tanpa kursi dengan kaki diluruskan disana.

Udara yang sejuk, angin sepoi-sepoi membuat Ganisya semakin merasa tenang disini.

Ganisya tersenyum kearah Virza. "Kaya film, kita bisa berdua ditempat tenang kaya gini, ya meskipun ini cuman disekolah, kalau di film ini tempat yang strategis buat nyatain perasaan atau nembak"

"Tapi kita gabakal ngelakuin itu Sya", balas Virza.

Ganisya terdiam disana.

"Kamu mau ditembak disini?", tanya Virza.

Ganisya tersenyum kecil dan langsung menatap Virza. Ganisya hanya diam disana.

"Kalau kamu mau, apa kamu ga takut setelah kita jadian disini akan ada masalah yang buat kita jadi jauh, putus dan gaakan pernah kenal lagi", ucap Virza yang membuat Ganisya mematung.

"Itu alasan kamu selama ini?", tanya Ganisya.

"Ya, aku gamau Sya kamu pergi. Aku gamau ambil keputusan cepet-cepet untuk jadian sama kamu, aku takut kamu pergi", ucap Virza. Ganisya benar-benar senang mendengar nya.

Hanya Virza yang mampu membuat Ganisya sesenang ini, sebahagia ini, dan sedeg-degan ini. Memang Virza pantas ditunggu, bukan hal yang bodoh kalau Ganisya menunggu Virza.

"Kalau aku keburu jadian sama cowo lain, kamu rela?", tanya Ganisya tiba-tiba.

"Silahkan, kalau bisa", ucap Virza.

Ganisya tertawa kecil  mendengar itu "Iya deh aku akuin Virza hebat, yang udah berhasil bikin seorang Ganisya suka banget sama manusia satu ini"

"Siapa dulu dong"

"Pija gitulohh", balas Ganisya.

****

Januari Sampai Desember [Revisi baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang