11. Ancaman

13 3 0
                                    

"Gausah teriak minta tolong! Gaada yang bakal nolong lo! Semua orang gabakal peduli sama lo! NGERTI?!!"

BYURRRRRRR

Perempuan dengan tubuh kaku dan tegang itu hanya bisa diam. Tidak ada satu pun manusia selain tiga orang berhati iblis yang ada didepannya nya sembari terus menerus mengguyur nya. Aroma bensin menyengat dari tubuhnya membuat ia merasa pusing dan lemas. Namun tiga manusia ini mana peduli dengan keadaan nya saat ini, sama sekali TIDAK.

"Kenapa diem?! Gamau bela sahabat tersayang lo lagi hah?"

"Mana suara lo?! Bisu?"

Kini Lula dibuat terbelalak kaget dengan matanya yang melihat ada korek api ditangan kiri milik perempuan berhati iblis itu.

"Lepasin gue! Lepasin! Lepasin gue!", rengekan Lula sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan dua wanita yang ada di sisi kanan dan kirinya. Bukan hanya itu, kakinya juga diikat dengan tali tambang berwarna putih. "Lepasin guee!!"

"Kenapa? Lo takut ? Utututu kasian banget bentar lagi mau jadi abu"

"Lepasin gue!!", Lula masih merengek sambil kesakitan akibat cengkraman yang kuat.

"Lo mau lepas?"

Lula hanya menteskan air mata dan diam disana dengan keadaan tubuh yang sudah lemas.

"Lo mau lepas ga hah! Jawab!"

"Gue mau lepas tanpa ada syarat dari lo!", jawab Lula tegas

Ekspresi perempuan berhati iblis itu makin terlihat jika dia sangat marah dengan jawaban yang ia dengar dari Lula barusan.

"Apa lo bilang?! Masih berani lo?", sentakan itu membuat Lula makin memburu nafasnya.

Perempuan itu mulai memain-mainkan korek api yang ada ditangannya, sembari tersenyum jahat kearah Lula. Hal itu membuat Lula semakin tidak tahu harus apa lagi. Semakin mendekat korek itu diarahkan ke Lula. Semakin dekat saatnya tubuh Lula akan terbakar dengan api yang berkobar-kobar dan ganas itu.

"IYA IYA GUE BAKAL LAKUIN APA YANG LO BILANG", kata Lula dengan nafas yang memburu dan badan yang gemetar karena ajalnya barusan sudah didepan mata.

***

Virza menatap kearah Ganisya yang tampak bahagia hari ini bisa kebagian Ice cream rasa Vanilla favorite nya yang biasanya dia akan selalu kehabisan, padahal sudah lama mengantri.

"Apalo? Mau Ice cream bekas jilatan gue?", kata Ganisya sambil menyodorkan Ice cream miliknya kearah wajah Virza.

Virza memundurkan wajahnya dengan wajah sebal.

"Lagian liatin Ice cream punya gue terus, lo kan juga punya tuh daritadi gadimakan, mending buat gue"

"Ngapain liatin Ice cream lo. Gaada manfaat"

Ganisya menyipitkan kedua matanya kearah Virza "Atau jangan-jangan, lo liatin gue kan?"

"Kenapa kalo iya"

Entah kenapa mendengar jawaban Virza seperti itu Ganisya langsung beku dan detak jantungnya semakin cepat temponya berdetak. Lebay emang.

"Ya—ya terserah lo sih mata-mata lo ini bebas lah mau liat apa aja"

"Lo barusan deg-degan?"

Pertanyaan macam apa itu yang dikeluarkan dari mulut Virza, otak Ganisya tidak bisa berfikir untuk menjawab pertanyaan Virza barusan.

"Sotau!"

"Iya juga gapapa kali, manusia ga deg-degan ga hidup. Masa gue suka sama orang mati"

"Lo nyumpahin gue mati cepet? Keterlaluan ya lo! Temen macam apalo"

Januari Sampai Desember [Revisi baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang