7. Sudah Februari

32 4 0
                                    

Disana Ganisya merebahkan tubuhnya. Isi kepalanya berfikir, kenapa Virza bisa jadi sedekat itu dengan Lula. Tidak biasanya dia tidak mempedulikan Ganisya untuk tidak mengantar Ganisya ke rumahnya.

Tidak hanya itu isi kepalanya. Beribu bibir yang membicarakan nya tadi membuat Ganisya rasanya ingin menampar semua bibir itu dan berkata didepan wajah semua orang itu jika yang disebut Farel tentang nya tidak sama sekali benar.
Kecewa? Jelas Ganisya kecewa. Dia sudah percaya dan berteman baik dengan Farel cukup lama. Sejak awal bulan Januari hingga akhir Januari, bukan waktu yang singkat. Waktu malamnya selalu dia habiskan bertukar pesan dengan Farel, tugas dan belajar untuk UH saja sampai ia tinggalkan, karena memang se-seru itu manusia bernama Farel.

Namun kejadian apa tadi siang? sialan!

Tetes demi tetes air mata  perlahan membasahi pipi Ganisya. Bagaimana nasibnya disekolah nanti? Bagaimana? Rasa takut yang sangat besar sedang menimpa Ganisya saat ini.

***

Disebuah toko bunga bernama 'Hydrengea'  yang cukup terkenal dikota ini. Dua manusia yang berbeda jenis kelamin ini baru saja sampai ditempat ini 2 menit yang lalu.

Mereka melihat kekanan dan kekiri sekitar tempat ini. Banyak bunga dengan jenis yang berbeda-beda, sungguh ini benar-benar menyegarkan mata jika melihat nya.

Warna-warni bunga di kanan dan kiri membuat ruangan ini sangat cantik.

"Lo suka yang mana? ", tanya Virza sambil memegang dua bunga yang berbeda.

" Yang kanan lebih bagus, kalo yang kiri kaya kurang sreg gimana gitu"

Virza menatap bunga berwarna putih yang ada di tangan kanannya. Benar saja, cantik dan indah bunga nya. Virza berimajinasi disana.
"Lo pilih satu lagi dong, bantu gue", perintah Virza.

" Emm ini. Warna nya merah gue suka"

"Iya bagus, pegang sama lo. Kita ke kasir", ucap Virza sambil melangkah ke kasir dengan tangan kanan nya memegang bunga berwarna putih yang sangat cantik.

Virza selesai membayar disana. Ia menuju keluar toko bunga ini, dan menuju ke mobil nya.

" Yang merah yang lo pilih tadi ini buat lo", Virza memberikannya.

"Serius? "

"Muka gue keliatan bercanda ya? "

Lula meraih bunga cantik yang ia pilih tadi. Yang membuat matanya betah sedari tadi melihat bunga ini.

"Makasi Za", senyum bahagia timbul disana.

" Sama-sama. Sebagai tanda terimakasih lo udah mau nganter gue kesini"

"Iya padahal gaperlu lo beliin juga Za. Tapi makasih gue suka", disana Lula memeluk bunga cantik itu.

Virza tersenyum melihat Lula. Lula saja sebegitu bahagia nya, bagaimana Ganisya. Ah jadi tidak sabar memberikan bunga ini ke Ganisya.

" Tapi sorry, gue gabisa anter lo pulang. Gue harus kerumah Ganisya, keburu dia tidur"

"Iya. Gue bisa naik taksi kok, biasanya banyak yang lewat didepan situ"

***

Virza menekan tombol bel yang terletak didepan pagar rumah yang berstatus milik Ganisya. Terlihat sepi. Bukan karena sudah malam, namun memang hanya Ganisya yang sedang ada didalam rumah ini.

Melihat pagar tidak dikunci oleh pemilik rumah. Virza masuk dan melihat pintu rumah ini terbuka sedikit. Bagaimana kalau ada orang jahat atau maling yang masuk? Satpam saja tidak ada. Memang ceroboh.

Januari Sampai Desember [Revisi baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang