15. Tidak Peduli

17 3 2
                                    

Alia dengan tangan yang sedang menjaga tangan Virza agar tidak lari dari dirinya. Dilorong sepi sekolah Alia ingin bicara dengan Virza.

"Lusa Papa ulang tahun"

" Ngapain lo masih sekolah disini! ", kata Virza dengan wajah yang heran mendapati wanita ini masih ada di SMA BINTANG.

" Asal lo tahu, Papa punya cukup banyak uang untuk bayar sekolah biar gue tetep disini"

"Lepasin", tolak Virza yang lengan nya digenggam Alia.

" Papa minta lo dateng ke ulang tahunnya", kata Alia

Virza terkejut dengan ucapan Alia barusan. Bagaimana bisa Papa meminta Virza datang ke acara ulang tahunnya. Tahu rupa wajah Virza saat ini saja tidak.

"Tenang aja. Papa tahu lo bukan sebagai anaknya"

Alia melanjutkan "Tapi sebagai temen gue"

Virza hanya menaikan satu alisnya, dengan tidak peduli akan apa yang dikatakan wanita dihadapan nya ini.

" Tenang aja, gue gabakal ancem lo lagi. Gabakal rebut lo dari  cewe lo itu", sambung Alia

"Terus gue peduli?", ucap Virza sadis.

" Gue akan temuin lo sama Papa dengan cara sehat, bukan dengan cara gila. Dan tanpa syarat", kata Alia

"Gue mau berhubungan baik sama lo, gue rasa kita akan jadi saudara yang baik", kata Alia

Virza hanya cuek. Bicara apa sebenarnya wanita bernama Alia ini. Virza sama sekali tidak mengerti.

Alia memeluk Virza disana dengan erat.

***

Disana Lula, sedari tadi melihat tingkah sahabat nya yang bernama Ganisya itu agak aneh tidak seperti biasanya. Mulai dari wajah yang murung dan mata yang sedari tadi mendelik kesegala arah.

"Apaan sih lo gajelas banget. Tadi buka pintu kelas dibanting sekarang gue gasalah apa-apa sama lo dikasih delikan mata kaya gitu", ucap Lula

Ganisya membuang nafasnya kasar. "Orang mata gue biasa aja kok"

Lula kaget dengan jawaban Ganisya barusan, jelas-jelas Ganisya melakukan hal itu pada Lula, tapi Ganisya malah bicara kalau tidak.

"Lo kenapa si Sya. Ga banget tau ga. Kalo ada masalah sama orang yang telfon lo barusan jangan sikapnya kayak gini dong", ucap Lula

Ganisya tidak menggubris omongan Lula. Ya baru kali ini dia begitu. Disana Ganisya memasukan semua bukunya dan alat tulis yang ada diatas mejanya kedalam tas miliknya.

"Sya? ", ucap Lula.

" Udah bel, ayo pulang kita kerumah sakit", kata Ganisya pada Lula.

Disana Lula tidak merespon apa-apa, melainkan hanya mengikuti apa yang Ganisya ucap barusan.

Didepan pintu kelas, Ganisya bertemu Virza yang tadi pamit ke toilet. Disana Ganisya hanya menatap mata Virza tanpa menyapa Virza sepatah kata pun, ntah kenapa.

"Sya", panggil Virza yang melihat Ganisya terus berjalan.

" Sya"

"Sya"

"Sya"

"Sya, ko cuek? ", ucap Virza yang berhasil berdiri tepat dihadapan Ganisya.
Ganisya sama sekali tidak menatap wajah Virza sedikit pun. "Ga cuek"

"Tumben pulang duluan. Ga nungguin gue dulu. Kenapa? ", ucap Virza

Ganisya menatap wajah Virza setelah mendengar ucapan itu dari mulut Virza.
"Gapapa", jawabnya singkat.

Januari Sampai Desember [Revisi baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang