TIGA

48 32 0
                                    

Jangan lupa Tinggalkan jejak vote dan comen

Happy reading
.

Memang mungkin terasa tidak lengkap, karna hanya ada kita berdua, tapi melihatmu tertawa karna aku saja sudah membuatku bahagia😊

---------

Waktu sudah menunjukan pukul 7 malan, Afraz masih menonton filem naruto , baru saja ia akan membuka kotak kue yang diberikan oleh cewek yang mirip hinata tadi, tiba tiba...

"AFRAZZZ!!!!" Afraz tersentak kaget , ya itu suara Mama Afraz, mila. Dia datang dengan amarah yang merajalela.

"Sini kamu. " Mila menjewer telinga Afraz dengan sadis tanpa ampun.

"Aduh Ma sakiit, kenapa sih?" Ucapnya sebari memegangi telinganya yang sudah terasa panas

"Kenapa Kenapa, harusnya Mama yang nanya kamu kenapa, kenapa pintu gak kamu tutup?, kalo ada maling gimana?, dan kenapa kamu belum belajar jam segini ?" Gawat Afraz sudah membangunkan singa dari kandangnya, Afraz meneguk ludah susah payah saat melihat Mamanya mengamuk bagaikan rentenir sang penagih hutang.

"Soal tutup pintu lupa ma, kalo belum belajar kan naruto belum selesai filemnya Ma, hehehe"

"Afraz kamutuh udah kls-12, sebentar lagi ujian, dan Mama  mau kamu mendapat nilai bagus. Bukannya belajar malah liat filem mulu." afaz memegangi telinganya yang merah akibat jeweran dengan muka menunduk kebawah.

"Itu apa?" Tanya Mila sambil mengawasi kotak yang ada di atas meja dengan mata intens. Seperti ada bomnya saja sampai melihatnya seperti itu.

"Itu kue mah."

"Kue apa?" Afraz tak menjawab karna Mila sudah  mengambil kue dan membukanya.

"Ngapain nanya kalau mau dibuka" gerutuk Afraz

"Diem."  Seketika mata Mila berbinar, mata yang tadinya penuh amarah kini berubah jadi mata yang penuh kegembiraan.

"Afraz ini buat Mama, kamu tau darimana Mama suka kue lapis ini, aduh liatnya aja Mama udah ngiler, makasih yah sayang." mila mencium kening Afraz dengan sayang, sedangkan Afraz masih cengo, bagaimana tidak?. Selama ia menjdi calon anak Mamanya, sampai sekarang jadi anak Mamanya beneran, ia baru tau kalo mamanya menyukai kue lapis, apa kata tetangga?.

Afraz melihat Mamanya yang sedang makan lahap, bahkan ia ngiler melihatnya,
"Mah minta dong?."

"Gak, inikan buat Mama, gimanasih."

"Mah pliiis" bujuknya lebih keras sebari menggoyang goyangkan lengan sang Mama.

"E.ng.g.a.k."

"Is mama pelit, padahalkan kuenya bukan buat Mama, tapi buat Afraz dari tetangga baru"

"Apa?" Afraz menepuk mulutnya beberapa kal, dasar mulut dodol, kena deh Afraz kalau sudah begini.

"Jadi kueh ini bukan dari kamu buat Mama?, tapi dari tetangga?"

"Hehehe...."

"Huft sebagai hukumannya, kamu Mama gak kasih uang bensin."

"Tapi Ma, kalo gak dikasih uang bensin motor aku gak idup dong, kalo motor gak idup aku berangkat sekolah naik apa?"

"Ya kuburin aja kalo gak idup mah, gampang kan?."

"Ih mama mah aku tuh serius tau. "

"Terserah, suruh siapa kamu boongin mama, kamu gak tau fraz mama sangat senang tadi pas kamu kasih kue, Mama kira kamu tau klo mama suka kue itu, tapi ternyata mama salah, hiks hiks hiks.."

"Mama kenapa?" Tanya Afraz panik.

"Sakit tau fraz sakit." Tangis mila makin menjadi, membuat Afraz kelabakan sendiri.

Afraz duduk dilantai lalu mengeluarkan qur'an kecil yang ada di dalam sakunya.

"Bismilahirahmanirahim, kelur kamu kunti keluar dari tubuh mama saya, lagi pula ngapain kamu nangis, biasanya juga ketawa." mila cengo menatap Afraz yang sibuk membaca yasin sambil menutup matanya, ia benar benar tak menyangka jika Afraz adalah anaknya.

Mila memiliki akal, lalu tersenyum senang. Saat Afraz sedang kusyuk kusyuknya membaca yasin, Mila pergi ke dapur mengambil sapu, lalu ia mendekat pada Afraz.

Plak..

"Aduh mama." Afraz meringis kesakitan.

"Rasain kamu, hahaha." Afraz jadi bergidik sepertinya mamanya benar benar kesurupan, buktinya dia jadi seaasis itu.

"Sakit ma, sungguh tak berperi kemanusiaan."

"T.E.R.S.E.R.A.H ,SINI KAMU."

"Ampun ma..." akhirnya mereka kejar kejaran sampai keluar rumah, meskipun terasa aneh tapi mampu membuat keduanya bahagia.

Disebrang jalan tepatnya di rumah mewah berchat abu abu, di Roftoof atas, seorang gadis menatap mereka dengan senyum miris yang tercetak di bibir mungilnya, air matanya mulai turun, tapi cepat cepat ia menghapusnya kagi.

"Andai gue kayak lo, pasti hidup gue bahagia banget."

🌟🌟🌟🌟🌟

Pagi yang cerah, dimana semua mahluk hidup mulai melaksanakan aktifitasnya ada yang kesekolah, kekantor, dan lainnya.
Elsa sudah siap dengan seragam yang pas melekat di tubuhnya, memakai tas ransel di punggung, ia sudah siap berangkat ke sekolah barunya, tapi sebelum itu ia harus pergi ke meja makan dulu melakukan aktifitas rutin keluarganya setiap pagi, yakni sarapan bersama.

Elsa sampai dimeja makan lalu duduk di kursi yang biasa ia tempati.

"Mau makan apa dek?" Tanya kaka elya

"Seterah gue," jawabnya sewot.

"Elsa kamu yang sopan dong sama kaka kamu," kata ayah Elsa dengan nada yang agak tinggi, Elsa diam tak saja, malas meladeni Ayahnya yang sampai kapanpun tak akan pernah mengaku kalah. Tangannya sibuk memindahkan selai coklat ke dalam rotinya

"Elsa kamu denger gak?,"sambung Ayah Elsa dengan nada yang semakin tinggi.

Baru satu suap roti itu masuk ke dalam mulutnya, dan sekarang rasanya Elsa sudah tak berselera lagi.

Brak.. Elsa menggebrak meja, ia sudah muak dengan semua ini. Ia segera pergi keluar, tak memperdulikan teriakkan Bunda, Ayah, dan kakaknya yang menyuruhnya berhenti.

--------

Hallo guys maaf ya kalo ceritanya agak ngawur, maaf maaf aja nih hehehe..., tapi tetep tunggu part selanjutnya yah

FrazelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang