DUA PULUH DUA

14 16 0
                                    

Jangan lupa vote dan comen oke
.
Semua orang menganggapku sihitam, dan dia siputih. Padahal dia yang memulai, tapi seakan aku yang menaburkan racun. Hanya karna ada awan hitam di belakangku, tidak ada satu orang pun yang mau percaya padaku
----

Elsa memasuki kelasnya yang masih tampak sepi, ia sengaja datang pagi karna belum mengerjakan PR nya. Tak ada siapapun disini, hanya ada Indah yang menatapnya dengan tatapan sinis. Sedangkann Elsa hanya membalasnya dengan tatapan datar yang menjengkelkan.

"Masih aja jalan berdua sama cowok orang" kata Indah dengan suara yang sengaja di keraskan. Elsa hanya menatapnya dengan enggan. Dia malas berdebat di pagi hari, menguras tenaga. Lebih baik cepat mengerjakan PR, sambil menunggu jam masuk.

Indah yang merasa tak ada respon pun bangkit, menghampiri Elsa yang sedang membaca buku dengan tenang.

"Helo... lo gak budeg kan" Teriak Indah tepat di telinga Elsa

Elsa tidak kaget akibat teriakan Indah. Perlahan Elsa mengangkat kepalanya mengarah Indah. Dan menyeringai

"Lo gak takut orang lain liat kelakuan asli lo?". Skak-mat. Indah memang selalu menampakan sisi baik dihadapan siapapun. Hingga orang lain tak tahu betapa menyedihkan kehidupannya. Hanya orang orang tertentu saja yang tau sifat asli Indah. Tapi ia tak mungkin menyerah sebelum berperang, apa lagi ini dihadapan Elsa.

"Gue gak perduli" teriak Indah, Elsa hanya menanggapinya dengan acuh

"Lo fikir gue gak tau lo jalan berdua sama Afraz kemarin?, lo fikir gue gak tau, hoh?" Kata Indah dengan berapi-api. Elsa hanya menatap indah datar, kenapa Indah tau soal kemarin?, apa ada yang memberitahunya? Atau kemarin Indah ada dirumah Afraz?.

"Woi ngomong".  Mata Elsa menajam, seperti pisau yang ingin segera ditancapkan. Elsa geram dengan Indah, dia memperlakukan Elsa seakan Elsa adalah buronan yang diintrogasi.

PLAK....

"Aww... lo ngapain nampar gue?" Ya Elsa menampar Indah dengan sangat keras, hingga pipi indah terlihat memerah, matanya juga agak berkaca kaca.

Akibat jeritan Indah akhirnya banyak orang yang lalu lalang mampir kekelas mereka, sekadar ingin melihat pertengkaran yang terjadi antara mantan badgirl,dan ketua Eskul model.

"Lo yang maksa gue nampar lo" jawab Elsa santai

Sungguh ini terasa menyakitkan Indah rasakan, tak Indah sangka tangan Elsa sekeras itu, seperti besi.

"Dasar cewek sok misterius, semua orang gak suka sama lo. Lo itu sombong. Ngomong irit. Sadis dan gak pernah ngehargain orang"

Lagi lagi tangan itu terangkat,  mengayun dengan gaya bebas. Indah memejamkan matanya bersiap menerima rasa sakit yang sebentar lagi ia terima

Lima detik kemudian. Indah tak merasa apapun, dia tak merasa sakit atau perih seperti tadi. Perlahan ia membuka matanya. Seketika ia terbelalak. Afraz berdiri didepannya sambil memegangi tangan Elsa yang ingin menampar Indah

"Kenapa lo jadi kasar?" kata Afraz dengan nada serius

"Lepasin tangan gue!!" kata Elsa datar

"Sa, jangan sakitin Indah dia gak salah"

Satu kalimat itu sukses membuat hati Elsa kembali merasakan sakit yang bertubi tubi. Ini sudah jelas kan? jika Indah pacar Afraz. buktinya Afraz membela indah bukan Elsa.

"Sori kalo gue nyakitin pacar lo, tapi sebaiknya lo cari tau dulu masalahnya, jangan nyimpulin sesuatu dengan apa yang lo liat barusan"

Elsa melepaskan pegangan Afraz lalu berjalan keluar dengan santai, berusaha terlihat biasa dikala hati sedang tersiksa. Orang yang menyaksikan kejadian tadi hanya menatapnya  sembari berbisik bisik. Tak ada yang mau menyapanya atau menegurnya, semuanya tak perduli, tak ada yang mengerti selain diri sendiri. Mungkin mereka menganggap Elsa kasar, aneh atau menyebalkan, Karna tadi Mereka datang saat mendengar teriakan Indah saat Elsa tampar, jadi pasti di otak mereka Elsalah yang bersalah, tapi yasudahlah Elsa tak perduli.
Ia hanya ingin keluar dan pergi dari sini.

FrazelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang