EMPAT BELAS

14 51 1
                                    

Biasakan vote sebelum baca ya readera
.

Menjauh dalam diamku, bukan tanpa sebab, bukan ada kesalahan juga, tapi sesuatu hal yang tak bisa kubantah itu adalah penghalangnya, maaf karna diamku memberi  sejuta misteri yang harus kou pecah sendiri.

--------

Hari Senin adalah Hari yang melelahkan bagi para pelajar, upacara yang membosankan itu penyebabnya ralat bukan upacaranya tapi amanat yang terlalu panjang atau itu itu saja itulah penyebabnya.

Upacara belum dimulai, tapi entah kenapa mereka disuruh segera berkumpul.
Lihatlah mereka, berserakan di lapangan sambil menutupi wajahnya masing masing karna terik matahari yang begitu panas menyambut siang yang melelahkan.
apalagi siswi siswi menor yang selalu memakai make up tujuh lapis, sudah siap dengan kipas dan tisu yang mereka genggam ditangan masing masing, takut bedaknya luntur seketika.

Disudut lapangan, terdapat seorang lelaki yang melemparkan tatapan liar, matanya terus mengitari lapangan itu, berharap bisa menemukan sosok yang dicarinya.

"WOW ganteng banget siapa tuh?"

"Anak baru ganteng banget."

"Aduh... cocok banget si mereka serasi deh."

"Cih. Gak cocok, cocokan juga sama gue."

Begitulah kira kira bisikan yang Afraz dengar, entahlah siapa yang disana, ia juga tak tahu.

"Fraz itu kan Elsa!" tatapan Afraz langsung teralih pada Tino yang berada di depannya.

"Mana?"

"Itu, tapi kok sama cowok ya?" Kening Afraz mengkerut, rasanya Elsa tak punya teman cowok selain dirinya dan Tino.

"Coba gue cek." langkah panjang itu berjalan cepat, memasuki kerumunan manusia yang entah menyaksikan apa. Hingga Mata hitamnya jatuh pada seorang laki laki tak asing baginya dengan perempuan yang sedari tadi ia cari.

Ada rasa ketidak sukaan disana, rasa yang membawanya terjerumus pada pikiran pikiran tak tentu.

"ELSA!!!"  teriak Afraz dari arah barat, sedangkan yang dipanggil malah memasang wajah datar.

"Ayo pergi!" kata Elsa sambil melangkah meninggalkan lapangan itu. Elsa tidak takut dihukum? Tentu tidak, karna dihukum adalah salah satu hobinya disekolah dulu, lagi pula paling dihukumnya disuruh hormat tiang bendera.

"Oke," balas Randy lalu menyusul Elsa.

Afraz melihat mereka heran, pasalnya Elsa seperti menjauhinya, entahlah karna apa. tapi tak dapa ia pungkiri ada secercah rasa kecewa yang menyelimutinya, membuat ia gelisah dalam diamnya.

"Sabar." Afraz langsung membalikan tubuhnya. Disana terdapat Indah dengan senyum menenangkan, tapi sayangnya Afraz merasa tak ditenang bahkan ia merasa semakin gelisah, hanya satu senyuman yang mampu menenangkannya, senyum tipis tapi bermakna milik Elsa satu satunya.

      🌟🌟🌟🌟

Kelas kali ini terasa sunyi bagi Afraz. Bagaimana tidak?, Elsa tak bicara padanya sejak tadi pagi. Apa Elsa tidak mau berteman dengannya lagi?, tapi kenapa?, apa salahnya sehinga membuat Elsa marah?.

Matahari penghangat kemarin seakan sirna ditelan badai yang membawa angin malam. apa ia akan sendiri lagi? hanya ditemani mulut yang lolos rem seperti Tino?.

Pertanyaan demi pertanyaan seakan menguasai otaknya, rasa heran yang membuatnya gelisah. Keingin tauannya yang memuncak seakan sudah diujung akhir.

FrazelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang