SEMBILAN BELAS

14 22 1
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak
.

Jangan beri kebahagiaan jika akhirnya memberi luka yang sama, jangan memberi hal manis jika akhirnya membuatku menangis.

-------

Disinilah ia sekarang, duduk di sebuah ayunan taman kompeknya. sunyi, hanya ada suara jangkrik dan kodok yang berkolaborasi, menciptakan sebuah nada yang memiliki makna, tapi ia tak merasa takut, karna tempat seperti inilah yang ia cari sekarang.

Dunia tak adil untuknya, dunia tak pernah memihak padanya, kebahagiaan terasa langka untuknya. Ia tak bisa menjamin akankah senyuman itu akan hadir kembali, setelah orang yang ia rasa bisa mengembalikan semuanya, malah membuat luka yang sama.

Entahlah kenapa ia merasakan ini, apa mungkin ia jatuh cinta?, tidak tidak, itu tidak mungkin, ia baru kenal Afraz beberapa bulan yang lalu, mana mungkin ia langsung jatuh cinta, tapi kenapa ia merasakan sesak saat melihat hal tadi.

Menangis dalam diam, adalah hal yang sangat menyakitkan bagi orang lain, tapi tidak untuk Elsa, bahkan ia merasa sudah biasa.  Entahlah menangisi apa, sebenarnya apa hak nya merasakan ini?, ia bukanlah siapa siapa Afraz, jadi untuk apa ia menangis karna hal tadi?.

Air mata itu semakin deras, tapi mimik mukanya masih biasa, dia hanya diam membeku seperti es, matanya terpejam, merasakan hati yang sakit bertubi tubi, hp nya terus berdering ia biarkan, entahlah siapa yang menelpon ia tak perduli.

"ELSA!!!" Suara itu, kenapa suara itu semakin membuat Elsa merasa sesak?, seakan mengingatkan Elsa pada masa lalu itu.

Kenapa orang yang ia percaya rasanya selalu memberi luka?, luka yang sama pula, luka yang berhasil meremukan jiwa.

Randy duduk disebelah Elsa melihat kondisi wanita itu, memang dia tampak biasa, tapi percayalah dia sedang tidak biasa.

"Gak usah sok kuat, gue tau lo sakit"
Elsa tersenum kiri, ia sama sekali tak berniat membalas ucapan Randy

"Lo boleh pinjem pundak gue kok, gue tau lo lagi banyak masalah"

"gue gak papa"

"Lo emang gak papa tapi ini lo yang apa apa" Randy mengetuk etuk dadanya.  secara reflek Randy menarik Elsa untuk bersandar di pundaknya, memberikan kenyamanan dan obat atas rasa sakit yang kini ia alami.

"Tumpahin aja sa tumpahin" lagi lagi Elsa hanya menangis dalam diam, Kenapa hidupnya seperti ini, malang.

"Makasih Ndi" Sebuah senyum tipis berhasil muncul di bibir Randy.

"Gak semua kebahagiaan datang sekaligus, mereka akan datang secara berangsur angsur, meski harus diselingi dengan rasa sakit" kata Randy, tatapannya mengarah kelangit yang kosong hampa.

Elsa bangkit dari sandarannya, lalu menatap manik Randy yang masih menatap langit. Kenapa Elsa dulu sangat tak suka pada Randy? Padahal lihatlah, Randy dia sangat baik.

Mulai sekarang ia harus belajar menilai mana yang baik dan tidak, dia tak mau salah menilai lagi, dan berakhir seperti ini.

"Tapi kenapa rasanya gue gak pernah bahagia?"

"Lo salah, selama ini pasti lo udah ngalamin kebahagiaan, meski hanya kebahagiaan kecil, tapi sayang lo gak pernah sadar" Elsa benar benar merasa bersalah pada Randy, dulu ia sangat jutek dan dingin pada cowok dihadapannya ini, tapi apa yang dia lakukannya pada Elsa sungguh diluar dugaan, dia selalu ada disetiap Elsa sedang terpuruk dan mbutuhkan dukungan.

"Yaudah pulang yuk!" Ajak Randy.
Elsa hanya menganggukan kepalanya,  mereka berdua bangkit untuk pulang

  
      🌟🌟🌟🌟

FrazelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang