ENAM BELAS

13 26 2
                                    

Biasakan vote sebelum baca ya readers
.
Lagi lagi kou hempaskan aku kejurang, setelah entah keberapa kali aku mencoba menggapai puncak, tapi naasnya kou malah jatukan aku ke batu batu terjal, yang siap menancap, siap membuat goresan goresan semangat itu menghilang dalam sekejap.

---------


"Pah, mah, Sa"

"Pa,Mah, Sa"

Beginilah setiap hari mengigau tiada henti, sejak 4 hari yang lalu.

Wanita itu tersenyum miris, menatap laki laki didepannya yang masih setia tidur lelap. kepalanya dibaluti banyak perban, matanya tertutup rapat, hanya cairan infus yang mengalir melalui selang di tangannya.

"Kapan lo nyebut gue dalam mimpi lo Fraz" kata Indah parau

"Padahal rasanya gue selalu berusaha ada disetiap keadaan lo"

TIK...

Tetes demi tetes air mata membasahi pipinya, kenapa cintanya harus bertepuk sebelah tangan seperti ini?, cinta yang katanya indah ternyata hanya omong kosong bagi indah.

Decitan pintu terdengar, pertanda ada orang yang datang. Indah segera menghapus jejak air matanya.

"Ndah Afraz ada pergerakan?" ya dia adalah Tino.

"Enggak No, sama kayak biasanya"

"Siapa sih yang ngelakuin ini sama Afraz" kata tino dengan nafas memburu. Sedangkan Indah hanya menggelengkan kepalanya pelan. Sudah hampir tiga Hari Afraz tak sadarkan diri dan ini adalah Hari keempat.

Tiba tiba jari jari kurus milik Afraz bergerak perlahan, membuat Indah dan Tino langsung memanggil dokter.

"DOK, DOK, DOKTER..!!!"

"Ada apa?" Seorang Dokter datang dengan seorang suster disampingnya.

"Dokter tangan Afraz gerak dok"

"Iya saya periksa dulu, kalian tunggu diluar aja "

"Iya dok" mereka berjalan keluar membiarkan dokter memeriksa keadaan Afraz

Setelah beberapa menit Dokter itu keluar

"Dok gimana keadaan Afraz" tanya Tino tak sabaran

"Alhamdulillah dia sudah sadarkan diri"

"Kita boleh masuk gak dok" kali ini Indah yang menyahut

"Oh iya silahkan"

Pintu berdecit, perlahan mulai melebar hingga berhasil menampakan Afraz sedang berbaring lemah, hanya matanya yang terus bergerak kesana kemari

"Afraaaaz babang Tino kangen" teriak Tino

"Lo apa apaan si No, berisik tau" kata Afraz dengan suara lemah

"Iya iya, Eh Fraz sekolah sepi tau tanpa lo"

Indah hanya menatap mereka bergantian, bahkan Indah tak berani angkat bicara, rasanya ia merasa tersisihkan.

Tino melirik Indah lalu membisikan sesuatu ke telinga Afraz "Fraz sapa ke tuh si Indah, kasian tau dia"

"Eh ternyata ada lo Ndah" kata Afraz

"Iy...a" kata Indah dengan canggung, entah kenapa ada rasa nyeri saat Afraz mengatakan hal itu. jadi dari tadi dia tak melihat Indah, sungguh kenyataan yang tak diharapkan.

"Eh Elsa baik baik aja kan?" Lagi dan lagi. madu itu memberi rasa pahit bukan rasa manis.

"Ah elah baru juga bangun udah nanya yang gak ada, sakit hati emakmu ini nak sakit" kata Tino sambil berlagak seperti emak emak yang sakit hati dalam filem Azab

FrazelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang