Aku menatap kesal bunga-bunga lili putih yang tiba-tiba tertumpuk banyak didalam kamarku. Ibuku bilang jika Tae yang mengirimkannya.
Aku memang menyukai bunga lili, hanya saja saat tahu jika pengirimnya adalah orang yang ku benci, aku menjadi kesal melihatnya.
Aku mengangkut semua bunga lili itu dan membawanya keluar rumahku untuk ku buang.
"Tee. Mau kau bawa kemana bunga-bunga itu?" Tanya ibuku saat aku berpas-pasan dengannya. Aku menghela nafas kasar.
"Tentu saja mau ku buang.." jawabku.
"Tee, Tae pasti sedih jika kau membuang semua bunga itu.."
"Lalu bagaimana dengan diriku? Apa dia pikir aku merasa senang mendapatkan bunga-bunga ini? Lagi pula aku tidak menyuruhnya untuk memberiku bunga.." balasku lalu berjalan keluar rumah dan menuju tong sampah besar yang terletak didepan pagar rumahku.
"Tee.." tubuhku mematung saat suara seseorang yang kukenal memanggilku. Aku menyatukan kedua telapak tanganku dan menggenggamnya dengan erat.
"Tee. Kenapa kau membuang bunganya na?" Aku membalikkan badan ku dan menatapnya dengan raut marahku. Kenapa pria ini tidak bisa membiarkan hidupku tenang?
"Aku tidak menyukainya.." jawabku dengan ketus.
"Lalu apa yang kau suka?" Tanyanya. Meski aku sudah memperlihatkan raut tidak suka ku, ia masih saja bisa tersenyum.
"Apa yang ku suka bukan urusanmu!" Hardikku lalu berjalan masuk kedalam rumah.
"Tee khap.." si brengsek itu menahan lenganku. Refleks aku menghentakan tangannya.
"Jangan menyentuhku! Aku semakin membencimu!!" Maki dengan marah. Lalu berlari masuk kedalam rumah seraya menangis.
Ibukku memelukku saat melihatku menangis diatas sofa seraya memeluk kedua kakiku.
"Tee. Berhenti menangis sayang.." ucapnya seraya mengelus kepalaku dan sesekali mengecup kepalaku dengan sayang.
"Mae. Tee membencinya khap. Tee tidak mau melihatnya. Hiks.."
"Mae mengerti sayang.." Mae menangkup wajahku dan menghapus air mataku dengan kedua ibu jarinya.
"Dengarkan Mae na. Tae juga sama menderitanya denganmu. Dia merasa sangat bersalah telah menyakitimu. Semua kejadian buruk yang menimpahmu, tidak semua salahnya kha. Mae yakin jika ada opsi lain dan jika saat itu Tae dalam keadaan sadar, Ia tidak akan menyakitimu, apalagi kau adalah mate nya.." aku hanya diam mendengarkan penjelasan ibukku.
"Orang yang patut disalahkan adalah Mae. Harusnya Mae menceritakan semuanya sejak awal tapi Mae menundanya karena Mae ingin kau mengerti secara pelan-pelan. Dan Mae telah gagal menjagamu. Harusnya saat itu Mae tidak membiarkanmu keluar sendirian.." Aku memeluk ibukku saat ibukku mulai menangis karena perasaan bersalah.
"Mai krap. Mae tidak salah.."
"Jujur Mae sendiri juga belum bisa menerima kenyataan jika Tee mengalami hal buruk seperti ini dan Tee mendapatkan mate seorang pria. Tapi Mae mengerti perasaan Tae, karena suami Mae seorang Werewolf sepertinya. Mae tidak memintamu untuk memaafkannya, tapi Mae mohon biarkan Tae berada didekatmu na. Beri dia kesempatan agar Tae bisa menebus rasa bersalahnya padamu..." aku mengeratkan pelukkanku.
Aku hanya mengangguk pelan untuk menjawabnya. Aku terpaksa menyetujuinya, aku tidak mau membuat ibukku semakin sedih.
♧♧♧♧♧
KAMU SEDANG MEMBACA
MY WOLF
WerewolfSUDAH DIBUKUKAN ❤️ Highest ranking : #1 forthxbeam (2018/12/15)💛 #1 SBFIVE (2019/1/17) 💛 #1 TaeXTee (2019/1/18) 💛 A side story of 'FATE' 🏹 Tee Jaruji tak pernah merasakan cinta sebelumnya hingga seorang Werewolf yang ditakutinya mengklaim diriny...