IX (Warning! NC18)

2.3K 281 46
                                    

Mature Content 🔞🔞🔞

Entah sudah berapa lama aku dan Tae saling berpelukan. Bahkan aku duduk diantara sela kedua pahanya, berbaring nyaman diatas tubuhnya, membiarkan lengan kokoh miliknya memeluk tubuhku.

Suara nyanyian Tae terdengar seperti simfoni indah untukku. Suara detak jantungnya bagai lullaby yang menenangkanku.

Aku tidak mengerti mengapa, tapi aku merasa sangat nyaman dan tak ingin beranjak sedikitpun dari dekapannya.

Bukankah seharusnya aku merasa takut dengannya? Ada apa dengan diriku?

Aku mengeratkan pelukanku lagi saat merasakan hawa dingin yang tidak mereda juga meski sekarang hujan deras mulai berhenti dan berubah menjadi rintik-rintik hujan.

Tanpa sengaja aku menyentuh kulit pada perutnya yang terekspos karena kaosnya yang sedikit tersingkap keatas.

'Hangat'

Aku memasukkan kedua tanganku kedalam kaosnya agar bisa merasakan kehangatan yang lebih.


"Tee. Apa yang kau lakukan?" Tae tersentak kaget saat kedua tanganku masuk kedalam kaosnya dan mengelus punggungnya.

"Kulit mu lebih hangat dibanding kaos mu khap.." balasku dengan malu-malu. Tae mulai melepas kaosnya, memperlihatkan dada bidang dan abs perutnya. Aku menatap iri tubuh indahnya. Aku juga ingin memiliki otot-otot seperti yang ia miliki.

"Ayo peluk aku lagi.." ucapanya membuatku tersadar dari pikiran-pikiran liarku. Aku kembali menyandarkan kepalaku diatas dada bidangnya dan memeluknya.

Tanpa sadar jari telunjuk kiri ku menyentuh kulit dadanya, membuat pola abstrak. Aku bisa mendengar Tae menggeram rendah dan entah kenapa aku tidak mau menghentikan aktivitas jari telunjukku pada dadanya.


"Tee..." aku mendongakkan kepalaku dan kami saling menatap dalam diam. Aku membasahi bibirku yang terasa kering dengan sesekali menjilatnya saat merasajn sentuhan hangat telapat tangan Tae yang mengelus punggungku dari dalam kaosku.

Tangan kanan Tae mengelus wajahku dengan lembut, seakan-akan ia takut akan merusak wajahku jika ia tidak mengelusnya dengan hati-hati.

Ibu jarinya menelusuri alis tebalku, kelopak mataku lalu turun menelusuri hidungku hingga kini berada diatas bibirku.

Entah dorongan darimana, aku mengecup ibu jarinya lalu memasukan ibu jarinya kedalam mulutku lalu menghisapnya.

Tae mulai menutup kedua matanya dan menggeram rendah saat merasakan hisapan-hisapan yang kulakukan pada ibu jarinya.

Sedetik kemudian ia mengganti ibu jarinya dengan bibirnya dengan melumat bibirku seraya memasukan lidahnya kedalam mulutku, mengeksplore apapun yang berada didalam mulutku.

"Eunghh.." aku melenguh dan mulai membalas ciumannya dengan melumat balik bibir tebalnya, medorong lidahnya menggunakan lidahku hingga ia mulai menghisap lidahku didalam mulutnya.

"Eungghh... Eunghh..."


Aku mulai duduk dipangkuannya tanpa melepaskan ciuman kami. Kedua tanganku tengah memeluk lehernya seraya meremas surainya sementara tangan Tae masih mengelus pinggang dan punggungku.

"Tee.. Lebih baik kita pulang, hari sudah semakin gelap na.." Tae menangkup wajahku setelah menghentikan ciuman kami, ia tersenyum lembut padaku.

Aku keluar dari mobil dan membanting pintu mobil itu dengan kencang lalu masuk ke kursi penumpang dikursi depan.

Tiba-tiba saja aku merasa kesal dan malu secara sekaligus. Kesal karena tiba-tiba dia menghentikan ciuman kami dan malu saat menyadari bahwa aku lah yang memulai kegiatan itu.

MY WOLF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang