XI

1.7K 257 49
                                    

Ketika aku bangun, Tae sudah tidak ada disampingku. Tapi aku bisa mendengar suara berisik dari luar kamar ku.

Aku melirik kearah jam dinding dan mendesah malas karena aku harus segera bangun dan siap-siap untuk berangkat ke kampusku.


"Au. Auhhh..." aku memegang pantatku seraya menahan perih saat aku mencoba bangun untuk duduk. Sial. Ini sakit sekali.

Aku kembali menengkurapkan tubuhku dan memeluk gulingku. Jika bisa aku tidak ingin keluar dari kamarku. Selain karena bokong ku sakit, tapi juga karena aku terlalu malu untuk berhadapan langsung dengan Tae.


BUGH

BUGH

BUGH


Aku memukul bantalku dengan kesal saat mengingat-ingat kejadian semalam. Bagaimana aku bisa seperti gadis jalang yang memaksa laki-laki untuk meniduriku?


"Tee khap..." mendengar suara panggilan Tae, aku menarik selimutku hingga menutupi kepalaku. Seperti yang ku bilang tadi, aku tidak bisa bertatap langsung dengannya sekarang.



Aku malu.



"Tee khap. Ayo bangun. Tae sudah menyiapkan Tee sarapan dibawah.." aku bisa merasakan Tae duduk dipinggiran kasurku. Telapak tangannya menepuk pelan puncak kepalaku. Membuat jantungku tiba-tiba berdebar.


"Kau bisa pulang sekarang khap. Sebentar lagi Godt akan datang dan mengantarku ke kampus..." balasku. Yang ada dipikiranku sekarang adalah bagaimana menyuruhnya pergi secepatnya dari rumahku. Berada didekatnya membuat jantungku menjadi tidak sehat.


"Godt sudah pergi sejak tadi. Ia bilang tidak bisa mengantarmu.."



"Apa?! Aduh. Duh.. shhh..." aku meringis sakit saat tanpa sadar aku bangun dan duduk, membuat bokongku bersentuhan dengan kasurku.


"Tee kenapa?" Tanyanya dengan raut wajah khawatir. Aku mengelus pelan bokongku seraya mengontrol emosiku.


'Shia! Bokongku sakit karena belalai besar mu, bodoh!' Gerutuku dalam hati.


"Bokong Tee sakit?" Aku menatapnya dengan datar. 'Jika sudah tahu kenapa harus bertanya?' Aku menganggukan kepalaku.


"Tunggu sebentar. Tae akan mengambilkan obat untukmu na.." Tanpa menunggu jawaban dariku, ia pergi keluar kamarku untuk mencarikanku obat.


Tunggu sebentar.



Obat apa yang akan diambilnya? Jangan bilang ia mencari salep untukku.


Mendadak aku menjadi panik membayangkan Tae yang akan mengolesi salep obat kedalam lubangku.


"Tee.." aku menatap horor Tae yang masuk dengan membawa kotak obat. Ia duduk kembali dipinggiran kasur dan mencari obat didalam kotak P3K.


"Obat apa yang akan kau berikan padaku?" Tanyaku dengan was-was.


"Ini. Salep.." balas Tae seraya menunjukkan padaku salep yang ditemukannya dengan wajah innocent.


"Bagaimana cara menggunakan obat itu?" Aku tahu ini pertanyaan bodoh, tapi sungguh aku tidak mau membiarkan dirinya menyentuh tubuhku lagi, terutama bokongku.


"Dioleskan khap.." aku ingin merobek wajahnya yang masih bisa membalas pertanyaanku dengan raut polosnya.


"Mai! Mai ao!" Balasku. Shia. Wajahku hingga kedua telingaku semakin memanas.


MY WOLF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang