.
I wonder if perfume could set a man drunk.
― L. M. Montgomery, Kilmeny of the Orchard: Special Edition
Senin pagi Taehyung kali ini kacau.
Biasanya sudah kacau dengan tangan Taehyung belepotan cat minyak, cat akrilik, atau hitam total akibat charcoal, tapi kali ini kacaunya berbeda. Untungnya kacau bukan karena lukisan Taehyung belum selesai padahal sudah hari batas pengumpulan. Lukisan itu sudah diselesaikan Taehyung setengah jam yang lalu. Beruntung hari ini tidak ada kelas pagi untuk Taehyung. Taehyung tidak bisa membayangkan betapa berantakannya kalau dia ada kelas pagi, mana Taehyung belum tidur hampir 24 jam terakhir ini.
Taehyung tidak biasanya begini. Biasanya dia selalu tetap bisa tidur barang dua-tiga jam ketika mengerjakan dan menunggu lapisan cat di kanvasnya sedikit kering sebelum melanjutkan pekerjaannya lagi. Tetapi setelah hari Jumat kemarin dia merasa kacau. Pikirannya tidak bisa lepas dari Park Jimin, Alpha yang baru dikenalnya di toilet restoran daging panggang karena rut mendadak. Waktunya untuk mengerjakan lukisan banyak terbuang untuk melamunkan Jimin, juga menyesalkan mengapa dirinya tidak meminta nomor Jimin untuk dihubungi.
Jadilah apartemennya seperti habis kena bom seperti ini. Dapurnya berantakan dengan bungkus kopi instan dimana-mana, bubuk kopi yang tumpah di wastafel, ada gelas yang pecah juga. Teko untuk air panas hampir terguling dari kompor, meja makan juga berantakan dan lengket karena sisa kopi tumpah. Ibu jari kiri Taehyung dibebat perban asal-asalan, kemarin malam tidak sengaja ketumpahan air panas.
"Ya ampun Taehyung...." Hoseok dan Seokjin yang dipanggil Taehyung ke apartemennya untuk bantu beres-beres, menggelengkan kepala dengan kompak.
"Aku tahu kau bukan tipe orang yang bisa bekerja dengan tempat kerja yang terlalu rapi, tapi ini sangat berantakan!" Hoseok berkacak pinggang.
"Dan itu lihat tanganmu! Siapa yang memasang perban seberantakan itu? Astaga," Seokjin ganti mengomentari hasil pekerjaan Taehyung pada cideranya sendiri.
Taehyung menggedikkan bahu dan tersenyum lemah. Tangan Taehyung ditarik Seokjin untuk duduk di kursi meja makan sebelum Seokjin berdiri dan menanyakan letak kotak P3K. Hoseok sendiri sudah sibuk membersihkan pecahan gelas di wastafel Taehyung.
Selagi perban Taehyung dibuka dan diceramahi oleh Seokjin kalau luka bakar akibat air panas tidak seharusnya ditutup perban seperti tadi, Taehyung berpikir.
Haruskah mereka tahu?
"Hoseok, Seokjin-hyung," panggilan Taehyung membuat dua Beta di ruangan itu menghentikan kegiatannya, beralih memandang Taehyung.
Dipandangi secara intens seperti itu oleh dua sahabatnya membuat nyali Taehyung untuk bercerita kalut.
"Terimakasih," katanya pada akhirnya, setelah sempat bingung mau mengatakan apa, padahal Seokjin dan Hoseok terlanjur memberi atensi.
Seokjin dan Hoseok tersenyum sebagai balasan. "Bicaramu itu seperti kau baru menyusahkan kami sekali ini saja, Taehyung-ah," ujar Hoseok.
"Kalau mau berterimakasih, jangan si mulut saja. Traktir aku bibimbap di kantin jurusan musik nanti," tambah Seokjin.
Taehyung tertawa dan memukul lengan Seokjin pelan. Dua sahabatnya ini memang selalu tahu bagaimana meningkatkan mood Taehyung. Hasilnya, niat awal Taehyung untuk menceritakan soal makan malam di restoran daging hari Jumat malam kembali.
Seokjin berdiri setelah selesai mengobati tangan Taehyung, pergi mengembalikan kotak P3K dan ke toilet di kamar mandi.
"Hoseok, bagaimana rasanya punya partner seorang Alpha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️| Scent [kth x pjm]
FanficTentang Kim Taehyung, Alpha beraroma tipis, dan Park Jimin, Omega berferomon bak seorang Alpha. Book 1 of 3 from "Pheromones" by limeslemonade [Warnings] ⚠️ May include mature content. Diharapkan menjadi pembaca yang bijaksana. ⚠️ Omegaverse!AU Star...