.
"We are all human, and our senses are quicker to prompt us than our reason. Every man gives off a scent, and that scent tells you how to act before your head does."
― Aleksandr Solzhenitsyn, The First Circle
Itulah pelajaran pertama yang didapatkan seorang anak di dunia omegaverse, seketika setelah ia menumpuk cukup kosa kata untuk dicerna. Pelajaran pertama dan utama, tentang bagaimana seorang manusia, baik golongan Alpha, Beta, ataupun Omega, bereaksi lebih cepat dengan insting dan kemampuan mereka menghirup dan mencecap aroma satu sama lain ketimbang mengikuti logika.
.
.
.
Di dunia modern seperti ini, pelajaran sex education sudah bukan lagi hal yang tabu. Anak mulai usia enam tahun pun sudah mendapat pelajaran ini, mengingat ada tahap lanjutan dalam topik sex ed ini, setelah umur mereka beranjak remaja. Dalam sex ed dasar, bahasan akan dipusatkan pada fungsi genitalia laki-laki dan perempuan pada umumnya, serta pentingnya untuk selalu menghormati lawan jenis mereka.
Tak jarang, dalam sesi pembelajaran ada siswa yang mengangkat tangannya dan bertanya, mengapa keluarganya tidak terdiri dari seorang laki-laki yang berperan sebagai ayah dan seorang perempuan sebagai ibu. Ketika dihadapkan dengan pertanyaan seperti ini, seluruh staf pengajar di seluruh dunia--ya, kalian tidak salah baca--akan menjawab dengan jawaban yang seakan sudah terprogram bak robot.
"Sekitar delapan tahun lagi, kalian akan lihat tubuh kalian dan teman-teman kalian berubah. Itu namanya bertumbuh dan berkembang. Kalian akan mengerti, kenapa Ayah tidak harus laki-laki dan Ibu tidak harus perempuan. Satu hal yang pasti, Ayah akan selalu kuat dan berani, dan Ibu akan selalu lembut dan penuh kasih sayang."
Penjelasan yang disimplifikasi untuk bisa dimengerti anak umur enam tahun memang tidak seratus persen tepat, tapi hal yang disampaikan juga tidak seratus persen salah.
Alpha akan selalu lebih besar, lebih kuat, dan lebih protektif. Omega akan selalu lebih submisif, keibuan, dan lebih lembut. Sisanya, akan menjadi pria dan wanita dewasa normal, seperti keadaan lima ratus tahun yang lalu, sebelum gen Alpha dan Omega pertama masuk dalam rangkai asam deoksiribo nukleat manusia.
.
.
.
Sayang, keadaan tidak sesederhana itu ketika Kim Taehyung menginjak usia empat belas tahun.
Posisinya tidak sesimpel membaca hasil tes gender kedua yang diambil tepat sehari setelah ulang tahun keempat belasnya. Hasil tes dari laboratorium pusat Korea Selatan, yang menyatakannya sebagai seorang Alpha, dengan sebuah catatan yang isinya tidak pernah tercantum di buku sex education yang didapatnya saat kelas tujuh kemarin.
'Kim Taehyung
Date of Birth : December 30
Status : Alpha
Scent Type : Aquatic/Fresh - Oceanic with slight Floral and Citrus
Percentage : 27%
Additional Note : Subject might need additional medications or injections to stimulate the scent glands to release more feromones.'
Kim Heechul, empat puluh tiga tahun, pria Omega, ibu Taehyung, hanya bisa menatap putranya dengan tatapan apologetic.
"Parah sekali ya, Bu?" Taehyung mendecih, enggan menatap balik mata teduh sang ibu. "Alpha apanya? Dua puluh tujuh persen, tipe oseanik dengan wangi bunga dan jeruk. Hanya selisih dua belas persen dengan feromon Beta paling kuat, dan tiga hal itu akan selamanya tercantum di kartu identitasku."
"Bukan salahmu, Nak. Salah Ibu yang--"
"Kalau Ibu mau bilang membesarkanku, Kak Taeyeon dan Kak Yeri sendirian tanpa Ayah itu salah Ibu, itu tidak benar," Taehyung kali ini menatap ibunya, alisnya bertautan. "Yang salah itu Ayah. Kenapa Ayah pergi hanya--"
"Kita sudah berjanji untuk tidak membahas ini lagi, Taehyung sayang."
"--karena kecewa dua anak pertamanya perempuan dan semuanya berpotensi menjadi Omega sejak belia," Taehyung terus bicara, tidak memedulikan Heechul yang sudah memotong kalimatnya. "Kalau ada sesesorang yang harus disalahkan, itu adalah Ayah dan obsesinya untuk memiliki anak seorang Alpha."
Heechul bergerak untuk meraih tangan putranya yang mengepal di atas meja makan, mengelus buku jari Taehyung lembut, "Sekarang dia punya, apalagi yang membuatmu marah?"
"Ayah sekarang punya anak seorang Alpha, setelah meninggalkan putranya dalam kandungan empat belas tahun lalu, juga istri dan dua anak perempuan yang masih kecil. Dan Ibu tahu apa yang masih membuatku marah?"
Heechul menggeleng sambil menggigit bibir, menahan air mata yang nyaris menetes di pipi. "Sudah, Taehyung. Sudah, jangan bicara apapun lagi soal Ayahmu, kalau kau hanya akan bicara sesuatu yang buruk tentangnya. Dia memang bukan ayah terbaik yang bisa kaumiliki," tangan Heechul menangkup lembut pipi Taehyung serta rahangnya yang mengeras karena menahan emosi. "Tapi Ibu tahu kau bisa menjadi lebih baik dari Ayahmu. Berjanjilah pada Ibu, kau akan jadi Alpha yang baik dan mencintai soulmate-mu, menerima bagaimanapun keadaan keluarga kalian nanti."
.
.
.
Kim Taehyung, dua puluh tahun, mahasiswa tingkat tiga seni rupa murni di Seoul Academy of Performing, Arts, and Design atau SAPAD. Selalu memilih untuk menyendiri dengan buku sketsa dan beberapa batang pensil atau charcoal, tidak seperti Alpha muda kebanyakan yang suka membentuk wolfpack untuk terlihat superior bersama.
Mungkin, karena memang tidak seorang pun di kampus itu yang mengetahui atau mendeteksi feromon Alpha-nya yang tipis dan sarat akan aroma campuran yang lebih lembut, persis seorang Beta.
Alhasil, kalau tidak sedang sendirian, Taehyung akan duduk bersama Jung Hoseok, teman seangkatannya dari jurusan dance, dan Kim Seokjin, senior dari jurusan perfilman. Keduanya adalah Beta, dan sama-sama tidak tahu kalau Taehyung adalah seorang yang sebenarnya, secara alami, tidak sepatutnya didekati daerah teritorinya, karena Alpha dan Beta tidak pernah terlalu rukun satu sama lain.
Selain beberapa Beta lainnya, baik perempuan maupun laki-laki, tidak ada lagi yang terlalu dekat dengan Taehyung. Feromon tipis campuran yang dimiliki Taehyung, hasil dari hidup bersama tiga Omega yang merupakan anggota keluarganya, sukses menghalau golongan Alpha lain jauh-jauh, sehingga Taehyung boleh bersyukur dirinya tidak pernah terlibat perkelahian antar-Alpha karena alasan sepele. Tapi Taehyung juga harus waspada, karena dengan feromon seperti ini, mendekati maupun didekati Omega juga menjadi mustahil.
Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa ada rasa kasihan pada diri sendiri dalam hati Taehyung, ada sesuatu dalam dirinya yang meminta untuk tetap sabar menunggu.
Mungkin, soulmate-nya ada di antara Beta-Beta ini. Toh, memang tidak pernah ada larangan bagi Alpha untuk memilih seorang Beta sebagai soulmate. Mungkin kisahnya akan seperti Hoseok, yang dari jarak sepuluh meter pun sudah tercium aroma cedarwood dan kayu manis pekat khas Kim Namjoon, dosen Liberal Arts.
Mungkin.
Percobaan pertama bikin Omegaverse :'''Oke nggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️| Scent [kth x pjm]
Fiksi PenggemarTentang Kim Taehyung, Alpha beraroma tipis, dan Park Jimin, Omega berferomon bak seorang Alpha. Book 1 of 3 from "Pheromones" by limeslemonade [Warnings] ⚠️ May include mature content. Diharapkan menjadi pembaca yang bijaksana. ⚠️ Omegaverse!AU Star...