.
"Your scent may be exquisite, but it's telling me that you're poison."
― Anthony T.Hincks
"Oh, sial. Aku bisa terlambat," ujar Taehyung panik setelah melirik jarum pendek jam di dinding apartemennya sudah nyaris tepat di angka tujuh.
Kuas cat minyak yang bertangkai panjang dilap menggunakan kain bekas dan buru-buru dilemparkan begitu saja ke sebuah tray yang juga sudah penuh kuas beragam ukuran. Tray disambar cepat menuju wastafel dapur, sabun pencuci piring dituang cepat sambil menunggu air dari keran cukup untuk merendam kuas-kuasnya. Selanjutnya, Taehyung menyambar handuk di sebelah kamar mandi yang tidak jauh dari dapur, meninggalkan kuas-kuasnya terendam air sabun, membasuh tubuh lebih menjadi prioritas daripada membasuh kuasnya sekarang ini.
Dengan tubuh hanya terbalut handuk dari pinggang ke bawah karena tidak sempat ke kamar mengambil pakaian ganti, Taehyung menggosok perlahan rambut sintetis kuas-kuasnya untuk menyingkirkan sisa cat dan sabun yang tersisa. Meskipun buru-buru, Taehyung tidak rela jika kuas-kuas yang menemaninya menghias kanvas selama tiga tahun belakangan cacat. Gerakan tangan Taehyung pada rambut-rambut kuasnya halus sekali, berbanding terbalik dengan caranya mengusap rambut sendiri ketika mencuci helaian legam di atas kepala.
Usai menjajarkan kuas-kuas yang baru dicuci di atas kain lain yang kering untuk mengeringkan kuasnya, Taehyung berjalan menuju kulkas model lama di dapurnya, lalu mengeluarkan sekarton susu dan sebungkus roti yang isinya tak sampai seperempat bungkus. Dua potong roti dikeluarkan dari plastik dan dimasukkan ke dalam mesin toaster--salah satu barang termewah di dalam apartemen Taehyung. Kenop pengatur kematangan roti diatur menunjuk angka 3 untuk roti cokelat muda keemasan merata, kemudian ditinggal ke kamar untuk berpakaian.
Susu dituang ke gelas, mengisi hanya sekitar tiga perempatnya saja. Taehyung berdecak sebal, karena susu yang tidak seberapa banyak itu bukan cuma berarti tidak cukup untuk mengganjal perut, tapi juga mengingatkan Taehyung untuk mampir ke supermarket sepulang kuliah nanti.
Ting!
Roti Taehyung sudah matang.
Dengan menahan sensasi hangat-panas di telapak tangan dan di dalam rongga mulut, Taehyung menyantap rotinya dan meneguk susu cepat-cepat, sebelum melesat keluar apartemennya untuk mengikuti kelas Liberal Art yang berlangsung kurang dari lima belas menit lagi. Taehyung harus cepat-cepat berangkat, karena Kim Namjoon, sang dosen, akan memulai kelasnya tepat pukul tujuh tiga puluh, tidak pernah terlambat semenit pun.
.
.
.
Taehyung duduk di kursi baris ketiga dari paling belakang, dua baris di belakang kursi Jung Hoseok, tepat sebelum sang dosen berdiri dan menutup pintu ruang kuliah, tidak mentolerir siapapun yang datang terlambat.
Hoseok menoleh ke belakang, memberikan Taehyung tatapan yang seakan mengatakan, 'Nyaris, Taehyung!'. Pemuda Beta itu sedikit terkikik sebelum membalikkan lagi tubuhnya untuk menghadap dosen di depan kelas, meninggalkan Taehyung yang bertanya-tanya apa maksud tawa Hoseok di akhir kontak singkat mereka.
Satu persatu nama mahasiswa yang mengikui kelas Liberal Art hari Jumat pukul setengah delapan pagi disebut oleh Pak Namjoon, dan setiap satu nama selesai disebut dosen muda tersebut mengangkat kepala dari daftar di tangannya untuk mencari mahasiswa yang dimaksud. Sebuah rutin sebelum masuk ke materi.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️| Scent [kth x pjm]
Fiksi PenggemarTentang Kim Taehyung, Alpha beraroma tipis, dan Park Jimin, Omega berferomon bak seorang Alpha. Book 1 of 3 from "Pheromones" by limeslemonade [Warnings] ⚠️ May include mature content. Diharapkan menjadi pembaca yang bijaksana. ⚠️ Omegaverse!AU Star...