Part 32

167 28 73
                                    

Rizky merasakan sesak di dadanya melihat Kirana yang menyusul Miqdad dan Jefri.Keadaan Adinda memaksanya untuk mengabaikan rasa kecewanya pada Kirana.

Brangkar yang membawa tubuh Adinda sudah di dorong memasuki ruangan operasi.Kareena meminta pada semua anggota kelurganya untuk menunggu di luar.Tak lama kemudian Dr.Fero dan Dr.Madhuri juga memasuki ruang Operasi setelah mendapat informasi,tentang kondisi buruk Adinda.

Di sisi lain Kirana sedang menyaksikan Miqdad yang menatap marah pada Gunawan,dan Jefri yang segera meraih tubuh Fera penuh khawatir

"Mama kenapa,apa mama pusing lagi?"tanya Jefri,yang lebih memilih untuk memastikan kondisi Fera,dibanding memastikan hubungan Miqdad dan Gunawan.Tentunya Jefri juga terkejut, saat mendengar Miqdad menyebut Gunawan sebagai ayahnya.

Amarah Miqdad yang tak terbendung menghasilkan rangkaian kata tak sopan dari bibirnya"Jadi papa masih nggak peduli sama Miqdad,dan lebih memilih wanita murahan ini!"ucap Miqdad

"Jaga mulut elo!"amarah Jefripun tersulut mendengar ucapan Miqdad.

Fera dan Gunawan panik melihat Jefri yang sudah mencengkeram kaos Miqdad.Jefri ingin sekali menghajar habis, orang yang selalu menyulut amarahnya.Namun sebenarnya hati Jefri sedang bergetar hebat, karena menyadari Miqdad adalah adiknya.Begitupun dengan Miqdad yang menatap tajam mata Jefri tanpa rasa takut.Namun hatinya juga sedang kacau.Bagaimana bisa orang yang menjadi rivalnya selama ini adalah kakaknya.

"Kenapa!!! elo mau mukul gue,pukul... Jef...pukul!itu nggak akan merubah kenyataan,kalau nyokap elo itu perempuan murahan,yang hamil di luar nikah!"ejek Miqdad

"Diam...elo...Diam...!"Bugghh......Setelah peringatan keras diucapkannya, Jefri tak ragu lagi melayangkan pukulannya di pipi kanan Miqdad.

"Jefri.....!"pekik Fera,melangkah mendekati Jefri.Gunawan segera menahannya,Gunawan khawatir kejadian ini akan mengganggu kesehatan Fera yang sedang tidak baik.Tak jauh dari kejadian itu Kirana mampu melihat dilema keluarga itu.Kirana melihat ketulusan cinta Gunawan untuk Fera.

Rasa tak kuasa menahan amarah saat seseorang menghina sang ibu,membuat Jefri bersiap menghancurkan wajah Miqdad.Miqdad tak membalas pukulan Jefri,dia hanya tersenyum mengejek Jefri,seolah menyatakan Jefri lahir dari rahim wanita murahan.

Bugh...bugh...bugh...bugh...bugh..5pukulan mendarat di pipi kanan Miqdad.Pipi itu sudah menampakkan memarnya,dan sudut bibir Miqdadpun meneteskan darah.

Fera,Gunawan,dan Kirana semakin panik melihatnya.

"Jefri,sudah nak...!"Bujuk Fera,sudah mendekati Jefri,meraih tangan Jefri yang mencengkeram kaos Miqdad.Miqdad melirik sinis pada Fera,yang kini berada tak jauh darinya.

"Kalau elo nggak habisin gue sekarang,gue pastiin elo nggak bakal bahagia seumur hidup elo...!"racau Miqdad.Entah iblis mana yang membuat Miqdad tak berperasaan seperti ini.Namun sebenarnya tidak seperti itu,Miqdad hanya sedang kacau,ingin rasa hatinya menolak kenyataan Jefrilah saudara tirinya

"Cukup Miqdad!kamu nggak bisa terus-terusan nyalahin tante Fera, karena perpisahan papa dan mama!"tegur Gunawan.

Jefri masih mencengkeram erat kaos Miqdad,dengan wajah murkanya menatap tajam Miqdad.Hatinya sedang berdebat antara meredam amarahnya, atau menghajar adik yang menjadi rivalnya itu.

"Ini nggak ada urusannya sama simpanan papa itu....!"ucapan Miqdad yang belum terselesaikan itu,membuat Jefri semakin dibakar amarah.Jefri meremas kasar kaos Miqdad,dengan rahangnya yang semakin mengeras,siap menghajar Miqdad tanpa ampun.

"Ini soal dia yang akan selalu bersaing dengan Miqdad!adik tirinya yang akan selalu menghalangi keinginannya!"lanjut Miqdad,dengan wajah mengejeknya

Kirana (sesion 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang