Part 4

976 93 2
                                    

Beberapa minggu kemudian, status Vando telah berubah. Dari pengusaha tampan nan lajang menjadi pria tampan yang telah sold out. Ia telah menikah dengan Layla. Dan baru saja mereka menyelesaikan resepsi yang membuatnya sangat lelah.

Tadinya Vando tidak menginginkan resepsi, Layla pun setuju akan hal itu. Namun tidak dengan Ibunya, Valeria dan juga Lily, Ibu mertuanya. Kedua wanita yang telah lanjut usia itu bersikeras untuk mengadakan resepsi nan mewah. Mengingat bagaimana berpengaruhnya Orlando dan juga Danis.

Sebagai anak yang berbakti, baik Vando ataupun Layla tidak ada lagi yang berani membantah.

Layla menatap Vando yang masuk begitu saja ke dalam kamar mandi. Meski mereka berdua pada akhirnya menikah, namun hubungan mereka malah berubah menjadi dingin. Vando bukan lagi seperti Vando yang Layla kenal. Pria itu menjadi sangat pendiam. Hanya berbicara beberapa kata saja, itupun jika ada orangtua mereka. Selebihnya, Vando terlihat tidak berniat untuk berbicara dengan Layla.

Layla bisa memahami bahwa Vando pasti masih marah padanya. Tapi, jika memang pria itu tidak menginginkannya, kenapa dia akhirnya menerima perjodohan ini ?

Layla menghela napas berat, lalu mulai memijit kakinya yang terasa pegal. Bagaimana tidak, ia menggunakan heels dengan tinggi 11 cm sejak acara dimulai hingga acara selesai.

Bisa bayangkan bagaimana rasanya ?

Beberapa saat kemudian, Vando keluar dari kamar mandi. Pria itu telah berganti pakaian, wajahnya pun terlihat sudah segar. Berbeda sekali dengan Layla yang masih mengenakan gaun untuk resepsi ditambah dengan make up yang melekat sempurna di wajahnya.

Layla menoleh kearah Vando. Mata mereka bertemu untuk beberapa saat. Hingga Vando memutuskan untuk mengalihkan pandangan lalu beranjak menuju kasur. Pria itu merebahkan diri disana. Tanpa memperdulikan Layla.

Layla kembali menghela napas. Ia lalu beranjak menuju kamar mandi. Dia butuh sesuatu untuk menghilangkan penat yang terasa. Sepertinya mandi air hangat adalah pilihan yang tepat untuk malam ini.

Vando membuka matanya saat Layla telah masuk ke kamar mandi. Ia juga menghela napas berat. Menatap kearah kamar mandi lalu beranjak menuju teras kamar hotel yang mereka tempati. Angin malam langsung menyapa kulit Vando saat ia membuka pintu. Meski terasa begitu dingin, ia tetap melangkah keluar.

Vando menengadah, menatap ratusan bintang yang berkerlap-kerlip diatas sana. Baguslah, setidaknya diatas sana masih indah, tidak seperti apa yang ia rasakan saat ini.

Vando tidak bisa menebak akan seperti apa pernikahan mereka. Saat ia memilih untuk mendiamkan Layla, dia fikir wanita itu akan berusaha untuk mencairkan suasana. Namun ternyata tidak. Wanita itu justru juga ikut mendiamkannya. Mereka malah seperti dua orang asing yang baru saja bertemu sekarang.

Entah sudah berapa lama waktu yang dihabiskan Vando untuk menikmati suasana malam. Ia tidak tahu, namun tubuhnya sudah menyerah. Dingin yang terasa mulai menusuk hingga ketulang. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam.

Dahi Vando berkerut saat tidak mendapati Layla didalam. Ia melirik jam didinding lalu mengumpat pelan saat menyadari bahwa wanita itu telah berada dikamar mandi selama hampir dua jam. Ia bergegas menuju pintu kamar mandi. Mengetuk pintu sambil memanggil nama Layla.

Vando mengetuk pintu berkali-kali, namun tidak ada sahutan dari dalam sana. Ia khawatir terjadi sesuatu yang buruk dengan wanita itu. Apalagi tadi ia melihat Layla memijit kakinya sambil meringis pelan.

Hal yang dilakukan Vando setelahnya sangat mengejutkan. Pria itu mendobrak pintu kamar mandi tersebut. Masuk begitu saja lalu mendapati Layla yang masih berendam di bathtub dengan mata terpejam seraya mendengarkan sesuatu menggunakan earphone di telinganya. Pantas saja wanita itu tidak mendengar saat ia memanggil-manggil namanya.

Vando mendekati Layla, lalu berjongkok di samping bathtub. Ia merasa sedikit gelisah melihat wanita itu. Bagaimana tidak, ia melihat pundak Layla yang terekspose sempurna. Ditambah dengan kenyataan wanita itu tidak mengenakan apa-apa didalam sana. Beruntung banyak busa sabun yang mampu menyamarkan tubuh Layla agar tidak terlihat jelas oleh Vando.

Vando menarik earphone dari telinga Layla. Lalu menepuk pelan pipi wanita itu.

"La...kau baik-baik saja ?" Ucapnya, dengan nada khawatir.

Layla membuka matanya perlahan. Sepertinya ia tertidur karena terlalu lelah. Ia mengerutkan dahi saat melihat Vando berada disampingnya. "Vando ? Apa yang kau lakukan disini ? Bagaimana kau bisa masuk ?"

"Aku mendobrak pintunya. Kau sudah berendam selama hampir dua jam. Kau bisa sakit nanti."

Pipi Layla bersemu saat ia sadar bagaimana keadaannya sekarang. Dan Vando bisa melihat rona merah dikedua pipinya tersebut. "Keluarlah, aku akan menyelesaikan mandiku."

Vando mengangguk. Lalu berdeham pelan. "Baiklah. Jangan lama-lama. Aku akan tidur duluan kalau begitu." Ucapnya lalu beranjak keluar dari kamar mandi dengan langkah tergesa-gesa.

***

Vando & LaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang