Part 1

1.5K 115 9
                                    

"Daddy minta kau menikah dengan Layla."

"Daddy minta apa ?" Vando meminta ayahnya untuk mengulang apa yang baru saja pria itu katakan. Meskipun ia mendengar dengan jelas. Namun ia berharap pendengarannya salah. Dia tidak mungkin mendengar permintaan konyol tersebut.

Menikahi Layla ?

Yang benar saja.

Dia sudah sangat mengenal Layla dengan baik. Dia bahkan sudah kenal Layla sejak kecil. Dan hingga usianya menginjak angka 29 tahun. Tidak pernah satu kalipun ia menginginkan untuk menikahi wanita itu. Ia hanya menganggap Layla seperti saudara.

"Daddy minta kau menikah dengan Layla." Orlando kembali mengulang ucapannya.

Vando menggeleng tegas. "Jika ini hanya lelucon, lebih baik Daddy akhiri sekarang. Karena ini sama sekali tidak lucu."

"Daddy tidak sedang bercanda."

"Aku tidak bisa Dad. Aku tidak bisa menikah dengan Layla." Ucap Vando dengan nada frustasi.

"Kenapa tidak bisa ? bukankah kau sudah mengenal Layla dengan baik ?"

Vando mengangguk. "Aku sangat mengenal Layla dengan baik Dad. Mengingat bagaimana keluarga kita dengan keluarganya. Tapi, aku sudah dewasa. Aku ingin menikah dengan wanita yang aku cintai. Dan Layla bukanlah orangnya." Ucapnya menjelaskan.

"Kau fikir Daddy dan Mommy menikah karena kami saling mencintai ? Cinta bisa datang tanpa kau duga Nak. Keputusan Daddy sudah final."

"Dad, bagaimana bisa Daddy menyuruhku untuk melakukan apa yang tidak aku inginkan ? selama ini aku tidak pernah menolak apapun perintah Daddy. Tapi aku mohon Dad, sekali ini saja. Biarkan aku yang memilih untuk masa depanku."

Orlando mengalihkan pandangannya. Ia menatap dinding lalu mulai mengatakan kalimat yang membuat Vando menghembuskan napas dengan kasar. "Kau harus tetap menikah dengan Layla. Sekarang pergilah, kau harus berangkat ke kantor." Perintahnya.

"Aku tidak menyangka Daddy tega melakukan ini padaku." Ucap Vando. Nada bicaranya terdengar dingin. Ia lalu beranjak, meninggalkan Orlando yang terpaku.

***

"Vando, sarapan dulu sayang." Valerie mencegah Vando yang terlihat tergesa-gesa. Dahinya berkerut melihat raut wajah Vando yang terlihat tegang, menahan amarah. "Ada apa ? Kau ada masalah ? Tanyanya.

Vando diam. Ia mendekati Valerie lalu berdiri tepat di depan wanita itu. "Mommy juga mengetahui hal ini ?"

"Mengetahui apa ?" Tanya Valerie.

"Tentang Daddy yang ingin aku menikah dengan Layla. Mommy mengetahuinya ?"

Valerie mengangguk. "Kau tidak suka ?"

Vando menghela napas. "Mom, aku tidak mencintai Layla sama sekali. Bagaimana bisa aku menikah dengannya ?"

"Layla gadis yang baik. Ia pasti bisa membuatmu bahagia bersamanya. Percayalah sama Mommy."

Vando menggeleng. "Mommy dan Daddy sama saja. Tidak ada yang mau mendengarkanku. Aku tidak bisa Mom. Sungguh. Aku tidak bisa melakukan ini. Aku mohon, tolong hentikan Daddy."

Valerie mengelus lengan Vando. "Maafkan Mommy. Kau yang lebih tahu bagaimana Daddymu."

Vando mengacak rambutnya, merasa frustasi dengan situasi yang tengah ia hadapi. Baik Ayah atau Ibunya tidak ada yang mengerti bagaimana perasaannya.

"Aku merasa tidak mengenal Mommy dan Daddy sekarang."

Ucapnya lalu beranjak meninggalkan Valerie. Ia bahkan melewatkan sarapan yang telah disiapkan wanita itu.

***

Pukul 12.30, Orlando menemui orang yang bisa menghentikan semua kegilaan konyol yang tengah ia hadapi ini. Siapa lagi kalau bukan Layla, wanita yang dijodohkan dengannya. Ia sudah menghubungi wanita itu sebelumnya. Dan Layla menyuruhnya untuk menemui wanita itu di rumah sakit milik ayahnya. wanita itu merupakan salah satu Dokter Bedah yang ada disana.

"Hai, kau dari tadi ? Maaf ya, ada pasien yang yang harus di operasi." Layla melepas jas khas Dokter miliknya lalu menyampirkan di kursi. "Jadi ada apa ? Kenapa kau mengajakku di jam sibukmu seperti ini ?" Tanya wanita itu. Vando jarang sekali menemuinya di tempat ia bekerja jika bukan karena ada sesuatu yang penting. Vando yang ia kenal memang terkenal dengan gila kerja.

"Tidak masalah La, aku bisa menunggu jika mau masih punya jadwal lainnya."

Layla menggeleng. "Aku bebas untuk dua jam kedepan."

Vando mengangguk paham. "Aku rasa aku harus langsung ke intinya karena ini sangat menggangguku." Ia menatap Layla dengan raut wajah serius. Sementara Layla mengerutkan dahi, namun terlihat sedikit kekhawatiran di matanya. "Aku rasa kau sudah tahu tentang rencana orangtua kita yang ingin menjodohkan kita berdua. Aku tidak bisa menikah denganmu, La. Aku sudah coba berbicara dengan Daddy agar ia menghentikan rencana konyol ini. Tapi tidak berhasil. Bahkan Mommy pun tidak mau membantuku. Jadi aku rasa, hanya kaulah sekarang yang bisa menghentikannya. Kau bisa meminta kepada orangtuamu untuk membatalkan perjodohan ini." Vando menjelaskan. Nadanya terlihat frustasi. Seolah menikah dengan Layla adalah hal terburuk didalam hidupnya.

Layla tersenyum, namun sarat akan kesedihan. "Karena kau mencintai Aileen ?"

Vando terkejut. Bukan karena pertanyaan Layla, namun karena ekspresi di wajah wanita itu. Vando fikir, Layla akan sependapat dengannya tentang perjodohan ini. Namun wajah wanita itu menyiratkan lain. Ia terlihat terluka saat Vando mengutarakan permintaannya.

"Kau...tidak terlibat dalam perjodohan ini bukan ?" Tanya Vando sedikit ragu. Ia berharap wanita itu akan menggeleng. Ia berharap wanita itu sama dengan dirinya yang tidak mengetahui apapun tentang perjodohan ini.

Layla diam. Ia menunduk. Lalu menghela napasnya.

"Kau yang meminta untuk dijodohkan denganku ?" Tanya Vando lagi. "Jawab aku La ! Dan katakan bukan kau yang memintanya. Bukan kau yang menginginkan perjodohan ini !" Desaknya.

Layla mengangkat wajahnya, menatap Vando dengan raut wajah bersalah. "Aku minta maaf, Van. Aku tidak bisa membantumu kali ini."

Vando menggeleng-gelengkan kepalanya."Aku tidak menyangka kau akan seperti ini La. Jadi, sekarang aku lah yang menjadi obsesimu ? tidak bisakah kau menjadikan hal lain sebagai obsesi ? Setelah berhasil menjadi seorang Dokter Bedah. Sekarang kau menginginkanku juga ?"

"Bukan seperti itu, Van. Aku..."

Vando mengangkat tangannya. Mencegah Layla untuk melanjutkan apapun yang tidak ingin ia dengar. "Selamat La. Kau menjadi orang ketiga yang tidak kukenali setelah Daddy dan Mommy."

***

Bersambung ~

Jangan lupa vote dan komen ya biar aku semangat lanjutinnya hehehee

Terima kasih :)

Vando & LaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang