"Selamat sore, dr. Layla."
Layla menoleh kebelakang, ke sumber suara. Lalu tersenyum saat melihat Allan yang berdiri dibelakangnya. Ia berada disebuah kedai kopi dan tengah menunggu kopi yang ia pesan.
"Sore, Allan. Kau disini ?"
Allan mengangguk. "Entah kenapa aku ingin minum kopi sore ini, sepertinya karena ada seorang Dokter cantik disini."
Layla terkekeh. Pria didepannya ini selalu punya cara untuk membuat tawa keluar dari bibirnya. "Tidak bisa kupercaya. Dengan keahlian merayumu kau masih single sekarang. Atau jangan-jangan kau mengaku single kepada semua wanita untuk merayu mereka ?"
Allan memegang dadanya, dengan dramatis. "Kau menyakiti hatiku, Dokter. Aku harus dirawat olehmu sepertinya."
"Datanglah ke rumah sakit. Aku akan membedah hatimu, tapi jangan salahkan aku jika guntingnya tertinggal didalam sana." Ucap Layla, lalu kembali tertawa.
"Kau menakutkan, Dokter."
"Ini pesanan anda, Nona."
Layla menoleh lalu mengambil kopi yang ia pesan. Setelah itu kembali menatap Allan. "Giliranmu sekarang."
Allan mengangguk. "Layla, keberatan kalau kita mengobrol disini sebentar ? Kau sudah selesai praktek kan ?"
Layla terdiam. berfikir sebentar lalu menganggukkan kepalanya.
Tidak ada salahnya kan jika ia mengobrol sebentar saja bersama Allan ?
***
Layla mengucek matanya yang mulai terasa perih. Sejujurnya ia sudah mengantuk sejak tadi. Namun Vando masih belum pulang. Pria itu mengabarinya dua jam yang lalu bahwa ia akan pulang terlambat karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.
Layla bimbang, antara menunggu pria itu pulang atau justru tidur duluan. Namun ia merasa tidak enak jika Vando mendapatinya tertidur pulas sementara pria itu baru pulang bekerja.
Mengambil ponselnya, Layla memutuskan untuk menghubungi Vando.
"Halo, La." Sapa Vando diujung saja.
"Halo, Van. Kau masih dikantor ?" Tanya Layla langsung.
"Masih, kenapa ?"
"Tidak apa-apa. Kau sudah makan malam ?"
"Sudah tadi bersama orang kantor. Kenapa belum tidur ?"
Layla bergumam. "Pekerjaanmu masih banyak ?"
"Tidak juga, sepertinya sebentar lagi aku pulang. Kau ingin menitip sesuatu ?"
"Tidak Van. Hati-hati pulangnya."
"Oke kalau begitu."
***
Layla menghembuskan napas kesal saat lagu shape of you milik Ed sheran yang ia jadikan nada dering tidak berhenti berbunyi dari tadi hingga membuat tidurnya terganggu. Ia mendengus kesal lalu menerima panggilan tersebut.
"Halo." Jawabnya tanpa melihat nama sipenelpon dilayar.
"Halo, La. Maaf karena telah mengganggu tidurmu."
Layla mengernyit mendengar suara si penelpon. Ia melihat layar ponselnya lalu meletakkan kembali ponsel tersebut ditelinga.
"Kenapa Ben ?" Tanya Layla kepada Beni, rekan sesama Dokter di rumah sakit.
"La, kau bisa ke rumah sakit sekarang ? ada pasien korban kecelakaan yang harus dioperasi malam ini juga. Kondisinya cukup mengkhawatirkan. Kita kekurangan Dokter." Ucap Beni, menjelaskan.
"Aku ke rumah sakit sekarang."
"Hati-hati dijalan, La." Pesan Beni.
Layla melirik jam, pukul tiga dini hari. Ia lalu menatap Vando yang masih terlelap. Pria itu baru pulang saat tengah malam. Dia tidak tega jika membangunkan Vando dan meminta pria itu untuk mengantarkannya. Beranjak dengan pelan, Layla memutuskan untuk berangkat sendiri.
Dilobi, Layla berpapasan dengan Allan. Pria itu menatapnya heran. Apalagi dengan langkah Layla yang terlihat tergesa-gesa.
"Layla, mau kemana ?" Tanya Allan.
"Aku harus ke rumah sakit Lan. Ada pasien korban kecelakaan yang butuh dioperasi."
Allan mengangguk paham. "Aku antar ya ? berbahaya jika kau pergi sendiri di jam segini."
"Tidak perlu Lan."
"Aku memaksa La. Kuantar ya."
Layla menyerah. Berdebat dengan Allan akan membuang banyak waktu. Ia menurut pada akhirnya lalu mengkuti pria itu yang melangkah menuju basemen, dimana mobil pria itu terparkir.
Beberapa saat kemudian, Layla dan Allan sampai di rumah sakit.
"Thank you, Lan." Ucap Layla lalu bergegas menuju ruangan Dokter.
***
Dua jam, kurang lebih waktu yang dihabiskan oleh Layla dan rekan-rekannya untuk mengoperasi pasien tersebut. Ia menghela napas lega karena operasi berjalan dengan lancar.
"Kau mau langsung pulang ?" Tanya Beni kepada Layla.
Layla mengangguk. "Masih pukul lima. Aku bisa melanjutkan tidurku yang tertunda." Jawabnya lalu tertawa pelan. "Bagaimana denganmu ?"
"Aku tidur diruangan saja sepertinya. Toh tidak ada yang menungguku dirumah." Balas pria itu disusul dengan tawa pelan. "Kau diantar suamimu ? Tanya Beni, lagi.
Layla menggeleng.
"Mau kuantar pulang ?" Tawar beni, mengikuti Layla yang mulai beranjak meninggalkan ruangan. Wanita itu bersiap untuk pulang.
"Tidak usah Ben. Aku naik Taxi saja."
"Kau yakin ?"
Layla menatap Beni sambil tersenyum. "Aku yakin Ben. Banyak Taxi diluar sana."
"Bukan itu maksudku, La."
Layla berhenti melangkah. Dahinya berkerut menatap beni. "Lalu ?"
"Maksudku kau yakin tidak diantar suamimu tadi ?" Beni mengalihkan pandangannya. Memberi isyarat kepada Layla agar wanita itu mengikuti arah pandangnya. "Bukankah itu suamimu ?"
Layla mengikuti arah pandang Beni, lalu terkejut saat mendapati Vando yang duduk dikursi tunggu, tidak jauh dari posisinya berdiri sekarang.
Pria itu terlihat lelah dan juga...marah.
Tunggu, apa Layla membuat kesalahan sekarang ?
***
Bersambung ~
Jangan lupa vote dan komen ya.
Terima kasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vando & Layla
RomanceNamanya Layla Hansel. Dia adalah anak dari sahabat ayahku. Aku mengenalnya sejak kecil. Dan sekarang ayahku memintaku untuk menikahinya ? Yang benar saja ! Bagaimana bisa aku menikah dengan wanita yang tidak kucintai ? -Vando Arsenio- *** Namanya V...