Pukul 23.40, Vando baru sampai di apartemennya. Setelah menyelesaikan pekerjaan beberapa jam yang lalu, ia tidak langsung pulang. Pria itu malah memilih untuk mengitari jalanan kota yang padat. Berharap segala fikiran buruk lenyap.
Kehamilan Aileen, sangat mengejutkan bagi Vando. Sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dan sekarang, dia bingung. Tiba-tiba saja dia ingat tentang orangtuanya. Tentang tanggung jawab yang selalu diajarkan Orlando kepada Vando.
Yang dialami Orlando jelas berbeda dengan yang dialami Vando. Saat itu, Orlando belum menikah, jadi ayahnya itu tidak akan berfikir panjang untuk bertanggungjawab atas apa yang telah ia lakukan kepada Valeria. Sementara dirinya ? Dia punya Layla. Dia tidak ingin menyakiti wanita itu.
"Van, kau baru pulang ?"
Suara Layla membuat Vando menghentikan lamunannya. Ia bahkan tidak sadar sudah berada didalam apartemen.
"Kau baik-baik saja ?"
Layla kembali bertanya kepada Vando. Wanita itu mendekati Vando. Menatap pria itu yang juga tengah menatapnya. Bukannya menjawab, Vando malah memeluk Layla begitu saja. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher wanita itu. Menghirup aroma Layla yang menenangkan.
Layla heran. Melihat Vando seperti ini membuatnya bertanya-tanya. Apa yang terjadi dengan pria itu ?
"Van..."
"Biarkan begini saja. Aku mohon."
Layla mengurungkan niatnya untuk kembali bertanya saat mendengar suara Vando yang terdengar putus asa. Dan yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah membalas pelukan pria itu. Menepuk pelan punggungnya dan berharap pria itu mengerti bahwa Layla akan selalu ada untuknya.
***
Vando berdiri didepan pintu sebuah apartemen. Ingatannya kembali ke beberapa bulan yang lalu. Meski samar-samar, ia masih ingat apa yang terjadi di hari itu. Dia menghela napasnya, lalu mengulurkan tangan. Memencet bel yang ada disana.
Tidak berapa lama, pintu apartemen terbuka. Suasana canggung langsung menyelimuti sekitar.
"Hai, Vando." Sapa Aileen. Tidak ada keterkejutan di wajah wanita itu. Seolah kedatangan Vando sudah ia prediksi sebelumnya.
"Boleh aku masuk ?" Tanya Vando, sedikit ragu.
Aileen mengangguk, lalu menggeser posisinya. Memberi akses untuk Vando masuk ke dalam. Menutup pintu apartemen, lantas menyusul Vando yang melangkah menuju sofa yang ada disana.
"Duduklah." Aileen mempersilahkan. "Kau mau minum apa ?"
Vando duduk. Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu. Aku hanya mampir sebentar untuk memastikan sesuatu."
Aileen mengangguk paham. "Apa yang ingin kau pastikan ?" Tanya Aileen tanpa basa-basi.
Vando berdeham. "Aku mendapat kabar dari Tristan bahwa kau..."
"Hamil ?" Ailen menyela. Ia mengelus perutnya yang mulai tampak membuncit. "Kau bisa lihat sendiri tanpa aku jawab." Jawab Aileen santai, seolah kehamilan itu hal yang biasa baginya.
Vando terpaku. Menatap datar kearah perut Aileen. Fikirannya berkecamuk. Dan wajah Layla terlintas begitu saja. Membuat hatinya semakin nyeri.
"Tadinya aku tidak ingin memberitahumu karena tidak mau merusak pernikahanmu. Namun kau sudah ada disini. Apapun yang kau khawatirkan sekarang, itulah kebenarannya. Kurasa, kau masih ingat bahwa kau tidak menggunakan pengaman malam itu." Aileen kembali menjelaskan.
Vando beralih menatap Aileen. "Bisakah kau tetap merahasiakan ini hingga aku menemukan solusi yang tepat ?" Pintanya, penuh harap.
Aileen terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vando & Layla
RomanceNamanya Layla Hansel. Dia adalah anak dari sahabat ayahku. Aku mengenalnya sejak kecil. Dan sekarang ayahku memintaku untuk menikahinya ? Yang benar saja ! Bagaimana bisa aku menikah dengan wanita yang tidak kucintai ? -Vando Arsenio- *** Namanya V...