Utensil

71 21 7
                                    

dentoj pada akhirnya ia datang bagai hijau daun bunga-bunga pisang belakang rumah tiang (41) di masa silam (42) bersama renyai hujan baik dan tak buat demam, rinduku benar-benar senyuman (43) meski jarak melukai-memerihkan.
[]
aku berdoa pada Tuhan, seperti hamba berhenti pelihara tubuh amis sialan (44) berjuang menyebut namamu di tengah malam berkabut, (45) serta cahaya rembulan perlahan padam.
[]
aku ingat lembab kecupanmu, tersapu angin dan mengering beberapa jam kemudian. tapi kekuatan halus benang merah kecupan, mengunci bibirku untuk tak terbuka oleh sandi-sandi di kepalaku: melulu kamu.
[]
aku ingin jadi anak-anak, kencing di sebuah taman khalayak, (46) menangis minta diberikan gulali setelah burung kurcaci terjepit di kulit ari.
[]
barangku ini rahasia katamu, hanya kau dan aku yang tahu tingkat ketahanan dan kebesarannya sekuat nafsu. (47) aku kadang bertingkah keliru, (48) sebongkah pikiran merah jambu melilit-mematukku
[]
(4 9) seperti ular dan rahasia kita yang menghambur putih kental di kelam malam, (50) sekadar melepaskan kupu-kupu palsu dari selangkangku terkunci pahamu.

2019

DentojWhere stories live. Discover now