Tones

38 10 0
                                    

Entah pada ketukan sepatu ke berapa langkahmu terpuruk, aku masih setia menunggu hadirmu, meski kantuk begitu rasuk. (51) memeluk guling ungu, hatiku lebab diserang ragu, akankah kau pulang bersama sekantong jambu yang padan dengan warna bibirku, (52) di atas segala mungkin, hanya harapan-harapan dingin bersikeras, percakapkan rencana pelukan dan segala runyam. (53) bila kau pulang, tubuhmu ditumbuhi debu, aku mencopot bajumu, celana dalammu tanpa malu-malu. Kuajak kau berendam dan hanyutkan segala daki-daki harian (54) air beserta airmatamu tak dapat kubedakan, katamu: sayang kenapa bayang-bayang putih kematian lebih panjang dari keyataan hitam kehidupan? (55) aku hanya bisu, karena jawaban di kepalaku ada beribu (56) kenapa diam sayang, adakah aku bagimu segenap beban ganjil yang tak mampu kau ringankan? Maafkan aku sayang, kadang garang dan garing kasih sayang. (57) aku memeluknya riang, tubuhku mendadak meriang. (58) kau sakit sayang, mari kutekan-tekan pelan kepalamu sembari urai kecupan dari bibirku jalang. (59) aku hanya nangis sembari tangan kiri tak ubah gapai-gapai lelah wajah tuhan. (60) kenapa kesalahan kita lebih nesar dari riwayat pengusiran? Kenapa kau datang lagi lagi dengan birahi yang membuat aku berlubang? Kenapa harus ada kamu yang liar tanpa perundungan dan aku yang liar dengan segala bahaya terbiar? Kenapa kau menemukan aku dan merusakku tak berpenghabisan? Bunuh aku dengan cintamu, hancurkan!

Aku hendak tidur dan raba dada tuhan, tapi tanganku berdarah tanpa penyebab selain pikiran. Aku 24 jam telanjang sementara kau mengecup-ngecup pergelanganku yang pucat dan izrail melambai-lambai manja di jangat.

2019

DentojWhere stories live. Discover now