Dentoj, akar akal mejalar liar ke dalam semak-semak liar di bencah rawa berbau kelam. (61) hendak bagaimana aku sembuhkan sakit psikologisku, jika kau hening tak kunjung tanyakan kabar. (62) aku hendak pecahkan mata berkaca-kaca agar aku buta sendirian tanpa cinta, tapi kutahu itu sia-sia tak perlu. (63) maka kupeluk lututku, berdoa di luar keyakinan sebagian agama, atau aku hanya meracau, membaca sejenis mantra. (64) kutarik napasku dalam-dalam, kutatap plafon rumahku berlubang, ke arah jendela mataku memandang. (65) masih ada harapan.
[]
Aku tertidur, mengecup-ngecup namamu, Dentoj. (66) jiwaku yang sungsang tenang, menyusun dirinya ke haluan, membentuk keteraturan: segala yang buram hilang. (67) kukenang-kenang riwayat pelukanmu yang nakal, juga ciumanmu yang dangkal, serta semburan rahasia yang tak masuk akal. (68) jarak surga terasa sejengkal. (69) bayang-bayang manusia dengan segenap erang senggama, menyinga. (70) liar dan mematikan sekaligus gelepar; hidup! HIDUP!2019

YOU ARE READING
Dentoj
Romance#55 in Puisi (Jan, 17th of 2019) #82 in Puisi (Jan, 17th of 2019) #79 in Puisi (Jan, 17th of 2019) #104 in Puisi (Jan, 29th of 2019) #7 in Sastra (Jan, 29th.of 2019) #26 in Lokal (Feb, 20th of 2019) #124 in Lokal (Feb, 20th of 2019) #133 in Lokal (F...