"DAMN! I MISS THAT HUMAN SO MUCH!" kata gadis itu sambil membanting pintu kamar. Ia langsung mencampakan tubuhnya ke atas Kasur. Masih Kotor, Masih bau, Masing lengket karena keringat. Dan itu membuat Seorang Artha Febiyan, seorang gadis keturunan jawa dan batak, sukses tersulut emosinya melihat Sahabat kecilnya, Dian Tanyra yang masuk sembarangan ke kamar tidurnya.
"Heh Onyet! Main tidur-tidur aja lu di Kasur gue! Awas ih bau tau gak!" Ucap Artha sambil mendorong Dian sekeras mungkin dari tempat tidurnya. Ia pembersih, berbeda dengan Dian, sahabat kecilnya, yang sekarang sudah jatuh dari tempat tidur, karena di tendang paksa oleh Artha.
"Arthaaaaaaa!!! Aku kangen dia!!!" Ucap Dian sambil merengek tidak karuan. Dia meringsek naik perlahan ke atas tempat tidur.
"Didiiiii!!" Bentak Artha kesal. Walau begitu akhirnya ia menyerah dan mebiarkan "Didi" kecilnya itu bergabung bersamanya di tempat tidur.
"Kangen banget sama dia Tha.. Didi gak kuat.." Kata Dian Sambil membenamkan wajahnya ke boneka beruang kesayangan Artha.
"Nanti Dawoon jadi bau elu ih!"
"Lu lebih peduli sama Boneka dari mantan lu dari pada keadaan sahabat lu sekarang? 12 Tahun loh ta! Didi sama Tata 12 tahun temenan!" Kata Dian mendramatisir. Artha yang dipanggil Tata itu diam tapi tetap menarik boneka kesayangannya.
"Terus kalau lu kangen dia, kenapa gak coba telepon dia?" Tanya Artha
"ga mau ah, gengsi!"
Mata Artha membulat. Menatap gadis yang barus saja datang, merengek, mendramatisir rasa kangennya, dan semua alasannya hanya karena gengsi?
"Makan Tuh Gengsi! Kenyang sampe bego!" Kata Artha tidak peduli.
"Ih,, Tata jutek amat! Aku tuh kangen sama dia.. pengen chat dia, pengen denger suara dia, pengen ketemu, pengen ngajakin dia main bareng, karokean, nont.."
"Udah gue bilang, MAKAN TUH GENGSI!" Potong Artha kesal.
"Tata mah! Ya iyalah aku gengsi, ngapain tiba-tiba aku datang terus bilang kangen sama dia?"
"Apa harus ada alasan buat rindu sama seseorang?"
"Masalahnya karena gue punya alasan yang kuat, makanya gue gengsi!"
"yaitu?"
Dian Diam. Kembali mendekapkan wajahnya ke boneka kepunyaan Artha.
"Kayaknya Didi sayang sama dia.." Gumamnya pelan.
Artha diam. Memandang takjub gadis disampingnya.
"Didi.. Suka sama cewek?"
Dian Diam. Lalu membalas tatapan Artha. Dengan mata yang berair. Menggenang menahan tangis. Ia hanya mengangguk pelan.
Dan Anggukan itu sukses membuat Artha terdiam. Terpaku. Membantu. Hampir pecah menjadi Debu. Heseeeh, lebay.
"Sejak kapan?"
"Sejak aku ketemu dia.."
"Ini pertama kalinya?"
Dian mengangguk.
"Didi yakin itu cinta?"
"Yakin! Apa yang Didi rasain sekarang, sama persis kayak dulu Tata rasain sama Anwar! Persis!"
Artha Diam lagi.
"Tata pernah cerita kan, gimana semua terasa hambar kalau Anwar gak ada? Tata juga pernah cerita, gimana perasaan senang kayak bunga-bunga lagi mengelilingi Tata walau Tata gak suka bunga? Didi juga rasain itu sekarang!"
![](https://img.wattpad.com/cover/168082535-288-k509853.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls At The Rainbow City (End)
Short StoryKalau aku jatuh kemudian cinta, sanggup kamu mendengar kisah penuh drama kepunyaanku?