Senior, Junior (2)

143 11 0
                                    


Kalau belum , atau sudah lupa part 1, silahkan baca lagi

.

.

.

.



***

"kalau saja,.."

Dua kata itu tidak punya kelanjutan dalam catatan ku. Hanya 9 huruf itu yang tertulis manis di kertas putih yang sedari tadi ku pegang. Musim gugur. Dingin sudah mulai menemani. Selain itu Cuma burung-burung gereja abu-abu yang senantiasa ramai menemani ku. Atau mungkin sekedar menunggu remah roti di samping ku.

Entahlah, aku pun sudah tidak menghitung berapa kali aku duduk di bangku ini. Dan sudah lupa, berapa banyak aku menghabiskan waktu untuk melanjutkan dua kata tadi.

Aku berhasil ke Belanda. 2 tahun yang lalu, menetap disini sebagai penulis. Jauh dari gelar sarjana ku yang berbasis pendidikan dulu. Tapi tak apa, aku menikmatinya. Tiap kata yang ku tulis mungkin saja sekarang sedang menginspirasi dia untuk berbuat sesuatu. Untuk berani melakukan apa yang tidak bisa ku lakukan. Untuk tidak sama seperti karakter dalam ceritanya. Berani mengambil resiko hingga bisa menyelesaikan dua kata yang ku tulis tadi.

Gadis itu menghela nafas.

Ia menatap sekelilingnya. Kebiasaan jika kepalanya sedang penat.

Pandangannya jatuh kepada keluarga kecil yang sedang menikmati pemandangan di taman itu. Seorang pria tegap berkulit coklat, menggendong bayi perempuan kecil, dan di temani seorang wanita bertopi rajut, membelakangi ia. Hanya senyum pria dan gemas si bayi yang bisa ia lihat. Dan ia bersyukur, keluarga itu bahagia. Anak itu tak berhenti tertawa kala Ayahnya mengangkatnya tinggi ke langit. Sementara si wanita, yang ia tebak sebagai istrinya, terlihat memberi gestur khawatir. Takut si mungil kenapa-kenapa.

Hingga mereka berbalik dan saling menatap dengan gadis si penulis fiksi tadi.

Ada diam diantara mereka. Ada jarak.

Tentu ini bukan pertemuan haru seperti dua insan yang tak lama bertemu.

Karna si Istri tadi hanya tersenyum.

Pun dibalas dengan senyum tipis.

.

.

Suatu kebetulan kau ada di sana.

Menyapa kakak kelas mu yang mungkin kau kira sombong ini.

Menyapa sesama penyendiri yang mungkin bisa berakhir persis seperti awal cerita ini.

Menyapa penulis yang menggambarkan kamu sebagai karakternya.

Fiksi.

***

"cuy, Jawaban No 5?"

"Iya bentar, lagi ditulis ini.." Gumam gadis itu sambil menulis.

"Eh, pinjem penghapus dong," ucapnya kepada teman di sampingnya.

"Gak ada! Itu tuh, depan mu ada, pinjem lah sana "

Gadis itu diam. Menatap penghapus dan si pemilik penghapus bergantian.

.

.

Ia menggeleng.

"Aku coret aja."

***

END.

Girls At The Rainbow City (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang