Fuma Kila

314 31 3
                                    

Sedari tadi, mata ku masih saja konsen dengan layar di depanku. Menunggu inspirasi datang lalu memecah kertas putih ini.

Tapi fokus ku buyar.

Karena ada tangan yang memeluk ku lembut dari belakang.
Kedua tangan yang selalu bersedia menjadi pelukan kapan pun ku membutuhkan.

“Sayang..” gumam gadis yang ku cintai ini pelan.

Ia baru bangun dari tidurnya yang lelap. Harusnya Dia masih geluyutan di bawah selimut. Ini Masih jam 5 pagi bukan?

Aku yang sedari tadi duduk membelakanginya langsung berada dalam posisi nyaman saat dia memelukku. Mencium lembut lengannya yang merangkul leher ku.

“Kebangun?”
Dia menggeleng. Bahkan sedikit menggelut di antara leher ku. Geli tapi aku senang.

“Kamu belum tidur kan sayang?”
Aku langsung beranjak dari peluknya. Sekarang menghadap dia. Beruntungnya bangku ini tidak mempunyai sandaran, jadi leluasa untuk berbalik dan jatuh lagi dalam peluknya.

“Belum ngantuk..”
Aku memegang pinggangnya dan menatap wajahnya yang lucu di pagi hari. Matanya masih setengah terbuka. Sipit-sipit cantik.

“Udah jam 5..”
Ia menguap.

“Bobo ayook..” Dia menarik ku dalam peluknya. Mendapati wajahku jatuh di dekap dadanya. Aku gemas. Langsung saja aku menggeliat manja dalam peluknya.

Dia hanya tertawa.

“Heh mesum! Masih pagi” katanya sambil mengelus rambutku.
Aku tertawa dan menghentikan kegiatan ku.

“Terus kalau masih pagi?”

“… Bobo!! Kamu nanti sakit sayang..” Ucapnya lagi sambil mengelus-elus rambutku. Aku tersenyum dan mencium lembut bibirnya. Dia memang malaikat yang sangat memperhatikanku.

“Ayok..” Tariknya ke Kasur. Aku mengikut.

Ia langsung naik ke tempat tidur lalu menepuk-nepuk tempat di sampingnya. Tentu saja aku menurut.

Aku tidur menghadapnya.

Pelan tapi pasti dia menyusup ke dalam pelukan ku. AKu hanya tersenyum.
Gadis ini benar-benar manja. Padahal umur kami hanya beda setahun, tapi sikapnya sangat ingin dimanja. Yah, aku juga menyukai sikap manis itu. Pelan aku mengelus rambutnya, tak ingin mengganggu deru nafas nya yang sudah teratur terdengar.
Aku mencium keningnya pelan.

“bobo, jgn cium-cium”
Dia belum tidur rupanya.

“Mending aku cium atau aku…”

“Engas.”
Peluknya semakin erat. Aku hanya tertawa.

“Aku mencintai mu, Kila..” gumam ku.

“tidur aja gak usah gombal, Fuma..”

Aku memeluknya erat.

“Aku juga mencintai mu.” Bisiknya pelan.

END

Girls At The Rainbow City (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang