Happy Birthday.

116 14 1
                                    


Lilin ulang tahun telah padam. Tersisa sebuah kue besar beserta pernak perniknya. Belum dipotong, masih utuh termasuk hiasan coklat berbentuk bunga di atasnya.

Kedua insan itu saling diam. Duduk bersebelahan di tengah keheningan. Berharap hati bisa bicara sendiri, supaya bibir tak perlu repot untuk saling mengungkap. Sampai seseorang memberanikan diri mengangkat suara,

"Setahun yah.."gumamnya.

"Hari ulang tahun mu.." balas seseorang di sampingnya.

Tak pernah mereka mengira, walau sudah dalam keadaan berpisah, acara ulang tahun ke 20, seorang gadis, Luciandra masih bisa dirayakan bersama, mantan kekasihnya, Arini.

Tepat di umurnya yang ke 19 tahun lalu, mereka memutuskan untuk berpisah. Ada banyak alasan mengapa mereka menyerah dengan hubungan mereka yang pun sudah melebihi setahun.

Salah satunya ketika Luci sadar, mereka berdua wanita yang saling jatuh cinta.

Sungguh kedekatan ini ingin mereka abadikan. Tapi keduanya sama-sama takut dan enggan memulai. Sampai Arini lelah dan pelan bersandar di bahu gadis di sampingnya. Ia menutup matanya pelan. Membiarkan isi kepalanya kosong, larut dalam nyaman kehangatan gadis disampingnya. Ia rindu.

"Kangen yah?" Tanya Luciandra pelan. Arini hanya mendeham pelan, tanda mengiyakan pertanyaan mantan kekasihnya itu. Sementara yang bertanya menyulam senyum di wajahnya.

"Jangan lama-lama, berat." Candanya.

Mendengar hal itu, Arini mengangkat kepalanya. Memperbaiki posisi duduknya dan dengan pelan tapi pasti menyentuh kepala Luci, menandakan untuk bersandar di bahunya. Dan ia menurut.

"Biar aku saja."

Gadis itu tertawa pelan.

"Mengutip Dilan?"

"Tidak. Mengutip Kita."

Luci diam. Ia tau, rindu diantara mereka berdua amat menggebu. Dan hanya ini yang bisa mereka lakukan. Karna jika lebih jauh, mereka takut, rasa itu kembali mengulah. Walau sebenarnya sudah.

"Mau gimana Move on kalau kita begini.."Ucap gadis yang berulang tahun.

Arini hanya diam. Tidak menanggapi nya.

"waktu tau kamu jadian, aku cukup tidak waras."

"Bukannya kamu yang tak pernah mau kembali?" Tanya Arini

Luci diam.

"Aku hanya bilang, aku tidak waras. Bukan berarti aku ingin kembali."

"Kenapa kau memungkiri bahwa kau masih menyayangi ku?"

"Arini.. aku yakin kau dengar ucapan ku. Aku cukup tidak waras saat tau kau sudah punya pacar."

Arini diam. Tidak ingin membuat emosi di hari bahagia gadis di samping nya.

"Jika kau menyayangi ku, lalu mengapa menyerah?.." gumam Arini yang menahan genangan air matanya.

Gadis itu diam, tidak menjawab.

"Ini hari ulang tahun ku! Jangan membuatnya menjadi sendu beruang besar!" Ucapnya sambil beranjak dari bahu nya, lalu memotong kue di depannya. Arini menyeka air matanya pelan.

"Kita makan kue. Aku suap!" Ucapnya sambil menyendokan kue di depan bibir gadis itu. Arini diam. Menatap si gadis 20 tahun di depannya.

"Aku yang suapin kelinci ultah!" Balas Arini sambil tersenyum. Luci setuju dan menyerahkan sendoknya.

"Tutup matanya.."

"Lah kan mau nyuapin kue, bukan mau ngasih kado."

"udah tutup aja." Ucap Arini memaksa. Gadis di depannya menutup matanya pelan. Menunggu kue mendarat di bibirnya.

.

.

.

Sampai yang ia sadari, hanya bibir lain yang mendarat tepat di bibirnya. Lembut.

Ciuman pertamanya.

.

.

"Selamat ulang tahun. Aku mencintai mu."

***


Girls At The Rainbow City (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang