tujuhbelas;

138 30 15
                                    

[Vote and Comment]

Ku kira mautlah yang memisahkan kita.
Ternyata hanya perihal kau mencintai perempuan lain,
dan aku tak melarangmu.

.grey.

Gadis itu tersenyum sipu ketika mata kecilnya menatap awan hitam yang kini menemani kesendiriannya.

Bibirnya membentuk sebuah bulan sabit yang sangat indah. Sambil tangannya terulur ke udara seolah ingin menyentuh sang awan hitam.

Lalu sedetik kemudian jatuhlah setetes mutiara bening membasahi pipi mungilnya.

Bukan, bukan karena awan hitam telah menumpahkan hujannya sehingga pipi gadis itu basah.

Melainkan karena mata kecilnya sendiri yang telah berkhianat.

Matanya terpejam, maka semakin banyaklah mutiara yang tumpah.

Hatinya mencelos merasakan kepedihan yang tak pernah berujung.

Dalam hati hanya ada satu pertanyaan yang sampai saat ini belum ia temukan jawabannya.

"Mengapa Aldo tidak bisa mencintaiku?"

.grey.

Pangeran menyakalan pematik, membakar sebatang nikotin yang disebut rokok. Lalu menghisapnya.

"Kau merokok?"

Aldo yang sedang duduk di sampingnya hanya menggeleng sebagai jawaban.

Dokter sudah memperbolehkan Aldo pulang hari ini, namun bukannya malah pulang ke Apartemen miliknya, Aldo malah meminta untuk bermalam di Apartemen Finessa.

Jadi lah mereka disini, di ruang tamu Apartemen Finessa. Sedangkan gadis itu, sudah tertidur sejak tigapuluh menit yang lalu. Mungkin kelelahan karna selalu menjaga Aldo selama ia di rawat.

Dan karena tidak ingin hal-hal buruk terjadi pada Finessa dan Aldo yang hanya berdua di sini, Pangeran juga memutuskan untuk ikut bermalam bersama Aldo.

"Sudah tidak."

"Alasan berhenti?"

Aldo mengambil secangkir kopinya, menyesapnya tergesa, Aldo menjawab dengan santai.

"Karena Finessa tidak suka asap rokok."

Maka Pangeran menghentikan kegiatan merokoknya seketika. Memandang Aldo takjub.

"Wow. Kau sangat menyukai Nessa, Ya?"

Aldo tersenyum lalu mengangguk mantab.

"Lebih dari suka."

"Aku juga. Aku lebih dari suka pada Nessa."

"Kalau begitu, kita bersaing sehat."

Pangeran terkekeh. Mematikan rokoknya karna tiba-tiba berbincang dengan Aldo sepertinya lebih menarik daripada menghisap nikotin.

"Tidak. Kau sudah menang."

Aldo menatap Pangeran dengan tatapan bingung.

"Maksudmu?"

"Nessa hanya jadi bagian dari masalaluku."

"Tapi─"

Pangeran menggantung kalimatnya sebelum melanjutkan.

"Kalau kau menyakitinya, aku tidak segan-segan merebutnya kembali."

Tawa Aldo lepas begitu saja. Merasa canggung dengan topik pembicaraannya kali ini. Karna ini adalah kali pertamanya Aldo terlibat perbincangan panjang dengan Pangeran. Pria yang sempat jadi milik Finessa dulu.

Grey; [Changsub] ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang