empat;

176 35 19
                                    

[Vote and Comment]

Show me the most demaged parts of your soul.
So I can show you
How it still shines like gold.

.grey.

Ada yang lebih parah dari jantung berdegup kencang. Jantung Finessa berhenti berdetak. Ada yang lebih parah dari darah mengalir deras, darah Finessa berhenti mengalir. Itu lah yang Finessa rasakan ketika maniknya jatuh ke dalam kelamnya mata Aldo. Kembali menyesatkan dirinya.

Tidak pernah ada dalam bayangan Finessa akan bertemu dengan Aldo lagi. Apalagi dalam kondisi yang seperti ini.

Aldo membungkukkan setengah tubuhnya, guna dapat melihat wajah sembab akibat menangis milik Finessa.
"Finessa?"

Finessa tidak menjawab. Masih terus membidik manik Aldo lekat.

Mungkin Finessa tidak mengerti, bahwa tatapan penuh luka yang ia berikan sanggup mengetuk hati kecil Aldo.

Sebuah keinginan untuk memeluknya keluar begitu saja kala setetes airmata Finessa kembali jatuh.

"Yaaa! Jangan menangis."

Dan mungkin Aldo pun tidak mengerti, bahwa yang Finessa butuhkan hanyalah sebuah bahu untuk airmatanya berlabuh.

Mereka tidak sadar, waktu terasa berhenti berputar. Dunia pula mengikuti waktu. Semua sirna. Hanya tertinggal goresan luka yang mereka sama-sama tidak ingin membagikannya.

Tidak Aldo, maupun Finessa.

Aldo sama berantakannya dengan Finessa.

Jika di mata Aldo yang ia lihat adalah Finessa yang tampak seperti orang gila dengan gaun pengantin yang telah lusuh dan kotor, maka di mata Finessa, Aldo sudah seperti psikopat berdarah dingin. Jubah putihnya berlumur noda merah dan menghantarkan bau amis yang menyengat. Di lehernya pun terdapat luka sayatan yang belum mengering.

Maka Finessa menggigit bibir bawahnya ngeri. Bagaimana bisa dipertemuan yang selanjutnya Aldo malah berubah menjadi semenakutkan ini?

Finessa mundur tiga langkah kala tangan Aldo terulur untuk menggapainya.

Melihat sekeliling taman dan tidak menemukan orang selain mereka berdua. Membuat tubuh Finessa semakin bergetar.

"Jangan mendekat!"

Teriak Finessa memecahkan keheningan yang tercipta. Aldo sontak dibuat terkejut dengan reaksi ketakutan Finessa.

"Finessa, kau tidak mengenalku?"

Finessa menggelengkan kepalanya. Semakin histeris saat tangan Aldo berhasil menggapai pergelangan tangannya.

"Aku Rafliga. Artis. San Fransisco. 2017. Di bulan Juni. Kita bertemu di dalam kelab malam. Tidak ingat?"

Tentu saja Finessa tidak lupa dengan pria absurd yang mengaku dirinya sebagai pria dengan kemampuan dapat melihat masa depan seseorang. Pria dengan rambut abu yang gemar mengumpat. Pria perokok yang tampak frustasi karna karirnya. Pria bermata kelam yang selalu sanggup membuatnya tersesat.

Hanya saja, Aldo yang berada dihadapannya saat ini sangat berbeda dengan Aldo yang ia temui satu tahun lalu.

.grey.

Gadis itu sesekali melirik ke sisi kanannya. Melirik Aldo yang tengah menatap langit. Diamatinya garis rahang pria itu yang begitu tegas. Dan mata pria itu yang begitu teduh.

Senyum terukir dibibir Finessa. Ia tidak pandai berbohong. Bahwa ia sangat memuja mata kelam Aldo.

"Jadi kau?"

Grey; [Changsub] ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang