[Vote and Comment]
Ketahuilah, kau masih ku tempatkan di ruang hati yang sama seperti dahulu. Tak ada penghuni lain yang ku biarkan masuk. Hanya kau saja.
.grey.
Aldo mengaduh kesakitan kala Finessa membuka perban yang ada di bahunya. Membersihkan kotoran di sekitar jahitan, Finessa kembali memasangkan perban yang baru.
Diam-diam Aldo tersenyum memandangnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu?"
Finessa berkata lirih, seakan putus asa dengan segala yang Aldo sembunyikan darinya.
"Aku baik-baik saja, Ness. Selama aku bersamamu."
"Lepaskan dia yang menyakitimu."
Aldo mengernyitkan alisnya. Finessa perduli padanya?
"Apakah itu artinya bersamamu aku tidak akan pernah terluka?"
Finessa menghentikan kegiatannya. Menatap Aldo ke dasar tercuram bola matanya.
"Hubunganmu dengan Jenny tidak sehat."
Aldo membasahi bibirnya yang terasa kering. Masih ragu untuk menceritakan semuanya pada Finessa atau tidak. Karna sejujurnya, Aldo belum sepenuhnya percaya pada Finessa.
"Dia pernah menyelamatkan hidupku."
Finessa menghembuskan nafas kasar. Kembali membalut bahu Aldo menggunakan perban yang tersisa.
"Kau hanya merasa berhutang budi, tapi bukan berarti kau rela menyerahkan hidupmu ditangannya."
"Lalu, apa yang harus ku lakukan?"
Finessa berdiri, meninggalkan Aldo sejenak guna menaruh kotak P3K ke dalam kamarnya.
Kembali setelah lima menit, lalu mendudukkan tubuhnya tepat di samping Aldo.
"Jadi lah saksi dalam kasus kematian Ibu nya Pangeran."
"Aku tidak bisa."
Aldo menundukkan kepalanya. Pilihan tersulit harus ia putuskan.
Di satu sisi dia ingin terbebas dari jeratan Jenny, tapi di sisi lain Aldo tidak ingin lebih jauh menghancurkan Jenny.
Jenny sudah hancur, jauh sebelum ia bertemu dengan Aldo.
Aldo fikir, setelah dirinya berhasil mendapatkan Jenny, maka Jenny akan melunak, Jenny akan berubah. Berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tapi ternyata Aldo salah.
Tidak ada yang Jenny inginkan selain dirinya.
Jenny tidak memiliki tujuan hidup selain hidup bedua dengannya.
Lalu, apakah Aldo harus menjadi pria brengsek dahulu hanya untuk terlepas dari keambisiusan Jenny akan dirinya?
"Jika dia dibiarkan saja, dia akan semakin banyak melukai orang, Do. Terlebih lagi dirimu. Dia terobsesi padamu. Dan itu sama sekali bukan masalah kecil."
"Kau perduli padaku?"
"Tentu saja."
"Kenapa?"
"Aku sedih melihatmu terluka."
Aldo tersenyum dibuatnya. Hatinya menghangat. Diperdulikan oleh Finessa adalah hal yang paling membahagiakan bagi dirinya. Lantas, diambilah tangan Finessa untuk ia genggam erat.
"Maka dari itu, terimalah cintaku. Selamatkan aku. Jadilah asalanku untuk tidak terluka."
Hati Finessa melengos seketika. Pernyataan cinta Aldo untuk kali kedua benar-benar membuat jantungnya semakin keras kepala. Ia berdetak tidak karuan.
"Sementara aku jadi kekasihmu, bersaksilah dalam kasus kematian Ibunya Pangeran."
"Aku akan menjadi kekasihmu sekaligus berada dipihakmu"
"Ayo kita sama-sama berjuang, Do."
"Aku akan jadi pengacaramu dalam persidangan."
Aku ingin bertanya pada langit, apakah ia juga pernah merasa bahagia sesederhana aku melihat senyumnya?
Aku ingin bertanya pada Merkurius, apakah ia juga pernah merasa beruntung bisa menjadi bagian terdekatnya Matahari?
Aku ingin bertanya pada Bulan, apakah ia juga pernah merasa takut yang amat sangat ketika akan kehilangan Bintang?
Aku ingin bertanya pada Hujan, apakah ia juga pernah merasa takut jika nanti kehadirannya tidak diinginkan lagi oleh Bumi?
Dan aku ingin bertanya pada Semesta, apakah aku harus merasa bahagia menjadi bagian terdekat Finessa atau harus takut jika nanti ia akan pergi meninggalkanku?
[an:] aku mau bilang terimakasih sama yang udah baca dan sukain cerita aku.
Makasihh bangetttt.
Aku bakal terus berusaha buat bikin cerita yang lebih bagus lagi.
Aku terharu banget liat komen2 yg memuji ceritaku. I dont deserve that actually:( but once again, thank u so muchhh.
I dont know what should I say for you all except Thank u with all my whole heart.
Jangan pernah bosen baca ceritaku yg ini yaa. Karna kan belom tamat ceritanyawkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey; [Changsub] ✓✓
FanfictionSince meeting you, I actually began wishing for.... more time. I want more time with you. C; Beya 2019-2020