BAB 9 "INDAHNYA KOTA SANTRI"

29 2 0
                                    

Bismillahirrohmaniroohim

Assalamualaikum wr.wb

Hy ukhty kita kembali lagi di cerita yang sederhana ini, dan masih seputar kehidupan di pesantren

Banyak yang mengira hidup di pesantren itu tidak enak tidak nyaman di kekang dan semua serba di atur dan di batasi dan masih banyak lagi seputar cerita tentang ke tidak nyamanan di pesantren.

Menurutku pribadi pesantren itu asyik selain kita dapat ilmu agama kita bisa dapat ilmu luar juga, buktinya aku satu minggu di pesantren rasanya nyaman sekali dari pada dirumah itu itu saja, dan tidak ada kegeiatan lain.

Disini bukan cuma ilmu saja yang aku dapat, tapi sahabatpun juga eiits jangan salah tanggap ya! Aku disini lillah kok mencari ilmu dan tidak ada iming-iming lain semenjak aku tau bagaimana rasanya hidup di pesantren.

Aku bersyukur abi memasukkan ku kepesantren aku bisa belajar bagaimana hidup jauh dari orang tua, bagaimana kita menyikapi lingkungan di sekitar, dan bagaimana pentingnya sebuah akhlaq.

Tok tok tok

"Assalamualaikum"ucap suara di balik daun pintu

"Walaikumussalam, eh Ustadzah Iim mari masuk Ustadzah"

"Oh iya terimakasih, apa disini masih ada tempat kosong?"

"Ada Ustadzah tinggal satu tempat lagi"

"Oh iya, saya nitip adek saya Dira"

"Saya harap kalian bisa berteman baik dengan Dira, adek saya memang sedikit bandel jadi kalian jangan sungkan untuk menegurnya"

"Baik Ustadzah" jawab Mira

"Ya sudah Dira kamu yang betah ya disini kamu harus menuruti apa yang sudah menjadi peraturan di kamar baru mu ini"

"Iya mbak, insha allah semampu Dira, Dira akan menuruti peraturan ini"

"Hy namaku ANINDIRA MYSHA FAUZIYAH, panggil saja Dira"

"Hy Dira aku SITI HAJAR panggil saja Hajar dan ini sahabatku ALMEERA AZZAHRA ALFATHUNISSA panggil saja Mira"

Usai drama perkenalan kami memberi tahu peraturan di kamar dan alhamdulillah Dira bisa menerima dan dia mau berusaha untu tidak merepotkan kami bertiga.

"Dir boleh nanya nggak?" panggil Mira

"Boleh, mau nanya apa?"

"Kamu beneran adeknya Ustadzah Iim ya?"

Dira tersenyum saat Mira menanyakan hal itu

"Kok senyum-senyum sih jawab dong" gerutunya

"Bukan kok Mir aku cuma tetangganya mbak Iim pas dulu di desa dan kebetulan kita ada hubungan sodara gitu kata mamah"

"Oouhh gitu, memangnya kamu tinggal dimana sebelumny?"

"Aku tinggal di jogja"

"Wah,, enak tuh kapan kapan boleh dong aku main kerumah kamu di jogaj"

"Boleh dong, boleh banget malah aku senang kalau ada temenku main kerumah"

"Hmm oke tunggu pulangan Akhir sanah ya"

"Siap".

Hajar dan Raesha hanya menggeleng-geleng kepala dasar si Mira kumat lagi sifat kepo dan sok kenalnya tapi memang gitu sih sifat Mira dia anaknya tidak jaim mudah akrab dan pentakilan, tapi kalau sudah ngeliat cowok ganteng beh, hilang dah semuanya jadi kalem ayem kaya kerupuk keanginan

Satu minggu kenal Mira sedikit banyak aku tau sikapnya menurutku lucu sih saat Mira menceritakan phobianya pada kucing.

Nah kalau Hajar sih pernah aku ceritain nih tapi ada sisi lain dari Hajar, Hajar ini anaknya ya kalem kalem gimana gitu cuma ada sisi misteriusnya dan kadang sulit untuk di tebak, tapi tak apalah mungkin ada sesuatu yang membuatnya seperti itu.

Kalau Dira? Dira sih kurang tau persis aku yang aku tau dia anaknya periang mudah bergaul, ya gak beda jauh sih sama Mira. Ya iyalah wong nama aja hampir sama cuma huruf depannya aja yang beda, tapi masalah penakut sih aku kurang tau.

Because I just knew him

🍂•••••••🍂

Sore ini aku lagi di ajak Ustadzah Zahra untuk belanja keperluan kelas

Nah bicara soal keperluan kelas, aku masuk kelas 3 ibtida'iyah dan kebetulan Ustadzah Zahra wali kelasku, dan entah kenapa beliau mengajakku keluar untuk belanja perlengkapan kelas

Padahal masih banyak santri wati yang lain dan ada ketua kelas juga, tapi Alhamdulillah sih Ustadzah Zahra mengajakku setidaknya aku bisa cuci mata sedikit hehe.

Astaghfirullah hal adzim apa yang sedang aku fikiran ini, maafkan hambamu ini ya robb. Gumam Raesha dalam hati

Namanya saja manusia biasa maklumlah kalau khilaf, tapi kalau aku bukan khilaf saja tapi kebanyakan seringnya, semoga allah senantiasa mengampuni dosa-dosaku.

Sesampainya di bimol (bintang mulya) didaerah kota besar bangkalan. Aku dan Neng Zahra masuk untuk mencari peralatan yang dibutuhkan seperti kertas karton, spidol dan masih banyak lagi

"mbak Raesha sini" panggil Neng Zahra

"Afwan Neng Zahra ada apa ghi"

Ghi ini berasal dari kata "engghi" kalau bahasa madura jika di artikan, artinya "Iya".

"Menurut kamu bagus nggak novel ini"

"Afwan neng boleh Abdhinah tau apa judulnya?"

"Judulnya API TAUHID"

"Afwan neng, karyanya paserah?"

Disini paserah itu bahasa madura yang kalau di artikan ke bahasa indonesia artinya "Siapa"

"USTAD HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY"

"Masha allah, insha allah ini bagus neng, soalnya karya-karyanya beliau memang bagus-bagus dan berbasis religi"ucapku pelan

"Iya mbak Raesha, dari covernya saja menarik apalagi isinya pasti masha allah bagusnya" jawab beliau antusias

"Ya sudah mbak saya minta tolong mbak Raesha bawakan belanjaan yang tadi ya ke kasir saya masih mau cari alqur'an terjemah"

"iya neng, permisi neng kulo duluan" pamitku

"santai aja mbak Raesha gak usah sungkan sama saya" tutur beliau lembut

"Iya neng afwan saya takut tidak sopan sama sampean"

"nggak kok mbak Raesha biasa aja, sampean sopan kok sama saya jadi tidak usah sungkan ya"

"iya neng"

"Oh iya mbak Raesha coba deh kamu baca sinopsisnya"

"benar kata mbak Raesha kalau novel ini bagus" imbuhnya

Raeshapun mengambil alih novel yang telah di pegang Neng Zahra diapun segera membaca sinopsinya.


Raeshapun mengambil alih novel yang telah di pegang Neng Zahra diapun segera membaca sinopsinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekedar Cinta Dibalik SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang