Bibir lelaki itu berhenti beberapa sentimeter dari pipi Alice, tetapi karena posisinya yang memunggungi, mantan pacarnya mengira mereka benar-benar berciuman. Gadis itu merasa terlalu malu campur geram bahkan untuk sekadar memanggil nama Minho. Dengan hati yang sakit, dia pergi meninggalkan toko.
Minho menjauhkan dirinya dari Alice. "Maaf," bisiknya lalu memastikan gadis tadi sungguh telah pergi dari toko. Ketika tidak lagi dilihatnya tanda-tanda si mantan, tanpa beban, Minho mengambil satu lipstik dan berjalan santai ke kasir. Dia sama sekali tidak tertarik untuk mencari tahu reaksi Alice setelah apa yang dilakukannya.
Alice termangu di tempatnya berdiri. Otaknya masih memproses apa yang baru saja terjadi. Bahkan setelah Minho pergi. Yang menyadarkannya dari keadaan terkejut adalah suara ketiga temannya yang memanggil. "Alice, kau di sini rupanya. Ayo, Mom sudah di kasir. Dia meminta kita untuk mengumpulkan barang yang akan dibayar," ajak Jenny.
"Oh? Oke," kata Alice masih belum sepenuhnya sadar. Dia lalu mengambil satu lipstik berwarna merah muda dan membawanya ke kasir. Tanpa sepengetahuan yang lain, mata Alice mengedar untuk mencari keberadaan pemuda yang tadi memanfaatkannya. Sayang sekali, dia tidak menemukan yang dicari.
"Hanya ini?" tanya Dahlia saat Alice meletakkan lipstik yang dipilihnya tadi ke meja kasir. Saat pegawai toko mulai menghitung belanjaan dan mengemas, Alice berhasil menemukan pemuda tadi. Terlihat dari pintu kaca toko, Minho sudah berada di seberang jalan. Dia berada di samping mobil Porsche 718 Boxter berwarna putih, tidak lama kemudian, masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
All These Little Things
General FictionSiapa yang mau dilahirkan menjadi 'anak haram'? Alice tentu tidak menginginkan terlahir dengan predikat tersebut. Namun, kelahirannya yang terjadi di luar nikah, mau tidak mau membuatnya dipandang sebagai 'anak haram'. Saat ibunya meninggal, tekad...