Terima kasih banyak untuk yang setia memberi support kepada cerita ini. Semoga rezekinya semakin dilancarkan. Amin.
.
.
.
.
.
"Ini untukmu," kata Alice menyerahkan boneka titipan dari Myungsoo. Dia sudah menyampaikan dua pesan yang lain, tanpa bertanya meski penasaran.
Mata Jenny membulat melihat benda yang dibawakan oleh Alice. "Itu, kan ...."
Alice ingin sekali bertanya, apa yang spesial dari boneka butut ini. Namun, dia ingin Jenny yang bercerita karena kemauannya sendiri, bukan karena diminta.
"Dari mana kau mendapatkan ini?" tanya Jenny dengan mata berkaca-kaca. Tangannya meraih benda yang digenggam oleh Alice. Dia lalu mendekap dengan haru mainan yang sudah jelek karena termakan waktu itu. "Aku sungguh sama sekali tidak mengira masih bisa melihatnya. Terima kasih, Alice. Tapi, bagaimana ini bisa ada padamu?"
"Ini dari Myungsoo-Oppa," jawab Alice lalu diam mengangkat kedua alis, menanti penjelasan dari sepupunya.
Sayang sekali, Alice harus menelan kecewa karena Jenny hanya memberi senyum simpul bersamaan dengan kalimat pendek. Gadis ini bukannya tidak mengetahui keingin tahuan dari Alice. Namun, dia harus memastikan sesuatu terlebih dahulu sebelum memberi tahu apa yang dipikirkan olehnya. "Akan kujelaskan kapan-kapan." Setelah mengatakan itu, Jenny membuka ponselnya dan mulai mengetik.
Alice pun mengempaskan tubuhnya ke atas ranjang yang dingin. Dia memejamkan mata dan seketika terbayang wajah Daehyun yang menatap dirinya begitu intens. Tangan Alice menyentuh dada, merasakan detak jantungnya yang kini memiliki ritme cepat lantaran mengingat penampilannya tadi yang diperhatikan dengan saksama oleh Daehyun. Alice menjadi yakin bahwa dirinya menyukai laki-laki tersebut.
"Jenny?" panggil Alice.
"Ya?"
"Kau sedang dekat dengan pria?" Alice memandangi lampu yang menyala terang. Tidak tahan, dia lalu menutup matanya dengan lengan. Karena ini, Alice melewatkan rona yang muncul di pipi sepupunya.
"Tidak juga."
Jawaban Jenny membuat Alice mengerutkan kening. "Apa yang kau maksud dengan 'tidak juga'?" Kali ini, Alice membuka mata untuk mencari tahu ekspresi di wajah Jenny. Dia mengerjap beberapa kali melihat semu merah di wajah sahabatnya itu. "Astaga, kau sedang menyukai seseorang?!"
Jenny cepat-cepat menggeleng, menyangkal dugaan Alice. "Aku bilang 'tidak juga' karena aku belum yakin. Itu juga sebabnya aku belum bisa menceritakan kepadamu."
Alice tidak mau mengorek lebih jauh jika memang Jenny butuh waktu. Dia lalu mengambil ponselnya bersamaan dengan Jenny yang bergegas keluar karena menerima panggilan telepon. Sudah beberapa hari sejak Alice membuka akun Instagram-nya. Dia menarik napas sebelum memberanikan diri untuk membuka aplikasi tersebut. Makan malam tadi, dia berhasil—setidaknya dia yakin telah sukses—bersikap seakan tidak terjadi apa-apa di hadapan Daehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
All These Little Things
General FictionSiapa yang mau dilahirkan menjadi 'anak haram'? Alice tentu tidak menginginkan terlahir dengan predikat tersebut. Namun, kelahirannya yang terjadi di luar nikah, mau tidak mau membuatnya dipandang sebagai 'anak haram'. Saat ibunya meninggal, tekad...