9

317 78 2
                                    

"Halo. Namamu Alice, kan?" sapa seorang pemuda dengan wajah manis berambut hitam dengan poni menutupi dahi. Alice sampai sempat kesulitan bernapas saat wajah tampan itu ada dekat dengan wajahnya.

 Alice sampai sempat kesulitan bernapas saat wajah tampan itu ada dekat dengan wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Y—ya. Apa aku mengenalmu?" Alice mencoba-coba untuk mengingat apakah dia pernah melihat orang ini saat perkenalan mahasiswa baru dulu. Namun, seingat Alice, wajah ini belum pernah berhadapan dengannya.

Pemuda itu mengulurkan tangannya yang memegang sesuatu. "Aku dan Hana tadi berpapasan. Dan dia menitipkan ini kepadamu," katanya.

Alice menerima buku yang dipinjamkannya tadi pagi kepada Hana dan setelah ini akan dia gunakan. "Terima kasih. Hana ke mana?" Alice penasaran mengapa temannya itu tidak mengembalikan sendiri buku ini, dan justru menitipkannya kepada seseorang yang sama sekali tidak dikenal oleh Alice.

"Ah, maafkan aku karena terlambat memperkenalkan diri. Namaku Jiho, Han Jiho. Kau mungkin tidak mengenaliku karena aku baru kembali dari wajib militer, sehingga tidak datang saat kalian mahasiswa baru melaksanakan MT." Pemuda itu menjelaskan. Matanya tidak sedetik pun meninggalkan wajah Alice, membuat gadis ini jadi gugup dipandangi terus-menerus. "Hana tadi bilang ada keperluan mendadak. Dan karena kami sudah saling kenal sejak beberapa hari lalu, dia minta tolong kepadaku."

Alice menarik senyum simpul. "Oh begitu rupanya. Terima kasih banyak sudah mengembalikan bukuku, Sunbaenim. Kalau begitu, aku permisi. Sekali lagi, terima kasih."

"Alice, kita sekelas setelah ini," tawa Jiho. "Mari berjalan bersama menuju ke kelas," ajaknya kemudian.

"Eh?"

"Kau tidak keberatan, kan?" Jiho kembali menatap Alice lekat yang lagi-lagi menyebabkan gadis tersebut tersipu. Setelah dilihatnya Alice mengangguk, pemuda tersebut berjalan bersisian dengan Alice melalui koridor yang panjang. Dia tidak menyadari bahwa di sampingnya, Alice merasa rikuh.

"Aku boleh, kan, duduk di sebelahmu?" tanya Jiho saat pintu kelas sudah terlihat.

"Jika Sunbaenim tidak keberatan duduk dengan temanku juga ...."

Senyum Jiho menunjukkan lesung pipt di pipi kiri, membuatnya bertambah manis. "Tentu saja tidak. Kuharap, justru temanmu yang tidak keberatan. Kebanyakan teman-temanku sudah lulus kuliah ini, jadi aku belum punya teman di kelas ini."

"Alice!" panggil Jenny yang sudah menempati satu meja. Ada tiga bangku kosong di sampingnya yang Alice lihat.

Alice balas melambai kepada sepupunya tadi, berbalik menatap Jiho, lalu berkata, "Ayo, Sunbaenim." Dia berjalan lebih dulu menaiki tangga karena tempat duduk yang dipilih oleh Jenny lumayan di belakang sehingga lebih tinggi. Saat sudah di samping Jenny, Alice mengenalkan dua orang tadi.

"Nice to meet you, Jenny," kata Jiho berbahasa Inggris dengan aksen patah-patah. Jenny tersenyum menjawab dengan mengatakan 'Me too.'

All These Little ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang