▶️29◀️

680 103 30
                                    

Yang masih nungguin ni cerita sini Nevy ketjup basah dulu :*
.

.

.

.

.

Dunia Daniel seakan hancur begitu saja.

Apa? Minji tidak ingat padanya?

Ahahahaha bukankah itu lucu?

Lihatlah! Karma sudah mendatangi Daniel sekarang.

Lalu? Daniel menyesal?

Hahaha, untuk apa?

Bukankah ia sudah terlambat?

Bukannya menyelamatkan, ia malah mencelakakan.

Dengan iming-iming "aku bakal berusaha buat ngejaga hati kamu"

Cih.

Jadi cuma segitu usahanya buat ngejaga hati dan 'fisik' Minji?

Dan sekarang Daniel cuma bisa nangis dalam diam dan nenangin diri di bangku taman rumah sakit.

Heol...

Segampang itukah buat menyerah?

Belum aja Nevy pisahin beneran.

Tapi karena Nevy sayang readers ga jadi deh.

Puk!

"Hey"

"H-hm? O-oh Guanlin"

"Elo kok ada di-"

"Please... jangan ngomong sama gue..."

Daniel menutupi mukanya dengan kedua tangan lalu kembali terisak.

"Lo kenapa-"

"Hiks- gue jahat Lin... gue jahat... jauhin gue... gue gapantes buat temenan ama lo, temenan ama kalian... gue ga pantes... ahk-"

Isakan Daniel makin parah. Bahunya bergetar dengan hebat.

Cowok di sebelahnya, Guanlin sebenernya masih marah sama Daniel.

Tapi...

Siapa sih yang ga sakit hati kalo ngeliat sahabat lo nangis?

Daniel yang tegar, kini terlihat sangat rapuh.

Sakit Guanlin ngeliatnya.

Yang bisa Guanlin lakuin hanya ngelus-ngelus kepalanya Daniel, lalu nepuk-nepuk punggung sahabatnya itu seakan berkata 'Lo harus kuat Niel!'

"Daniel... kali ini gue ga main-main... gue mau ngomong serius"

Omongan Guanlin sukses membuat Daniel berhenti menangis. Yahh... walaupun masih tersisa isakan kecil.

"Lo... mau ngomong apa?"

"Jagain Minji. Gue mohon..."

"Gak... gue gagal-"

"Enggak, lo nggak gagal dan lo belum terlambat," Guanlin memegang tangan Daniel, meyakinkan pria yang sedang dihantam kenyataan pahit tersebut.

Guanlin tersenyum lalu memeluk sahabatnya tersebut.

Bukan...

Bukan senyum yang biasanya kalian bayangkan.

Tetapi senyum getir dan senyum tanda perpisahan yang sayangnya Daniel gak sadar akan hal itu.

"Hahaha hiks- anjir lah. Kita kek homoan anjir," Daniel terkekeh di sela-sela tangisnya. Ia ingin melepas pelukannya, tetapi Guanlin malah semakin mengeratkan pelukannya.

G O M B A L | K. D. N.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang