Seok Jin berjalan tertatih-tatih menggunakan tongkatnya untuk membantu dirinya berjalan. Tangan kanannya menenteng tong sampah. Hari ini jadwalnya untuk membuang. Dia menggeretnya susah payah hingga tiba-tiba dari belakang tong nya ditendang oleh seseorang.
Seok Jin tersungkur pada pembatas pagar tinggi belakang sekolah. Berusaha agar tidak terjatuh. Kepalanya terangkat, menatap sekumpulan siswa tertawa puas melihat dirinya terjatuh. Sae Woon berdiri tepat di depan Seok Jin, kedua tangannya terpendam ke saku celana. Menatap remeh Seok Jin.
"Tidak berguna!" decak Sae Woon, lantas mendang jauh-jauh tongkat Seok Jin.
Sae Woon adalah pemain cadangan di tim rugby. Dia selalu merasa iri dengan Seok Jin karena selalu menjadi tim inti. Jika dilihat dari fisik? Sae Woon lah kandidatnya. Harusnya.
Siswa lain yang sebagai pengikut Sae Woon tertawa puas. Satu orang menginjak-injak tongkat milik Seok Jin membabi buta. Senyumnya meremehkan dan merasa sangat puas.
Sae Woon melangkah mendekat matanya menatap wajah tak berdaya Seok Jin.
"Bagaimana rasanya kalau kaki mu tidak pernah pulih kembali?" Sae Woon mengangkat kakinya dan meletakkannya di atas tulang kering kaki kanan Seok Jin. "Bagaimana rasanya kalau kau tidak akan pernah kembali ke tim inti?"
"Ku mohon jangan," rintih Seok Jin ketika perlahan-lahan Sae Woon menekan kakinya. "Jebal!" Mohonnya frustasi.
Seok Jin menggigit bibirnya menahan sakit kala Sae Woon menggerakkan kakinya memutar seraya terus menekan. Rasanya sungguh sakit. Mungkin setelah ini dia akan mengalami patah tulang dan cacat total.
"Lemah!" bentak Sae Woon, akhirnya mengangkat kaki. "Bangun lembek!" Sae Woon mencengkram kerah seragam Seok Jin. Memaksanya untuk berdiri.
Seok Jin pun menurut, tak punya pilihan lain. Namun belum sempat berdiri wajahnya dihantam oleh Jong Un. Membuatnya kembali tersungkur ke tanah. Darah mengalir dari sela bibirnya, dia meraba tanah. Berusaha untuk membuat dirinya agar tetap sadar.
Ngiiiingggg
Seok Jin meringis ketika suara dengungan itu menguasai indera pendengarannya. Dia hanya mendengar suara tawa puas mereka. Teriakan mereka menyubut dirinya lembek. Lalu...
"Bangs*at!!!"
Hal terakhir yang di dengar Seok Jin adalah suara Tae Hyung.
"Seok Jin... Seok Jin-ah! Bangun lah!" Tae Hyung mengguncang-guncang pundaknya. Tetapi Seok Jin sudah benar-benar jatuh pingsan.
Di belakang Tae Hyung, Sae Woon dan kawan-kawannya masih tertawa senang. Dia memejamkan mata karena kesal, tangannya mencengkram kerah baju Seok Jin untuk dijadikan pelampiasan. Detik berikutnya Tae Hyung membuka mata, berputar ke arah mereka seraya tersenyum miring. Lidahnya menjilat sisi bibir.
"Puas?" tanya Tae Hyung santai. Tangannys melipat lengan seragamnya hingga batas lengan.
Sae Woon memiringkan kepala, mendecih mengejek pada sosok Tae. "Yaakk..." ujarnya seraya menepuk-nepuk tangan. "Ini dia... TAE! SANG PENCETAK REKOR TERBANYAK. SI RU-"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME or KILL ME [TAMAT]
Mystery / ThrillerMereka tidak akan pernah menyaka kalau malam itu akan menjadi sebuah petaka. Berawal dari sebuah kesepakatan, 'Kita harus pecahkan misterinya, maka kita adalah teman.' Siapa yang akan mengira bahwa misteri itu justru membawa mereka ke dalam nereka...