8. Misi Dimulai

192 17 5
                                    

Mereka terdiam setelah Nam Joon menyuarakan tekadnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka terdiam setelah Nam Joon menyuarakan tekadnya. Hanya mata laki-laki itu yang menyusuri satu persatu wajah temannya dengan pandangan mata perlahan surut menjadi pesimis. Dia duduk di atas kursi besi di tengah atap dengan hentakan keras. Langsung menyisir rambutnya kebelakang sekaligus menangkup kepala. Sungguh dia tak ingin permasalahan ini berlarut.

Semua orang pasti tahu kalau Sae Woon tidak mungkin mati bunuh diri dalam keadaan wajah yang habis dikuliti lalu dijahit ulang. Dan terdapat ukiran mengerikan di dada Sae Woon, logikanya... tak mungkin Sae Woon segila itu atau lebih tepatnya sehebat itu untuk memutuskan bunuh diri.

Sae Woon adalah tipikal orang berambisi, dan dia sangat menginginkan tim inti di segala pertandingan. Jadi jawabannya, tak mungkin kalau Sae Woon segampang itu bunuh diri.

Seok Jin yang melihat kefrustasin Nam Joon beranjak dari tempatnya. Dia berjalan mendekat, menepuk pundak laki-laki itu dan berkata, "Aku percaya padamu."

Jimin ikut melangkah dan mendekat. "Kalau kita teman, kita harus pecahkan masalah ini bersama-sama." Dia menatap Hoseok, Yongi dan Tae Hyung bergantian.

Mereka bertiga mengangguk, sepakat akan ikut memecahkan masalah ini sampai tuntas. Nam Joon mengangkat kepala, menyambut uluran tangan Tae Hyung yang mendekat dengan tepukan keras lalu berpegangan erat.

Nam Joon berdiri tersenyum lebar, Tae Hyung menarik tangan mereka yang masih bertaut lalu menubrukkan bahu mereka. "Brother!" serunya dengan gaya sok swagnya yang dibuat-buat.

Nam Joon tertawa memukul bahu Tae Hyung. Yang lain ikut tertawa melupakan sejenak masalah yang akan mereka hadapi. Hoseok merangkul jimin dan tertawa keras, sedangkan Yoongi hanya tertawa di tempat memilih memasukkan kedua tangan di dalam saku celana. Matanya menatap Seok Jin tertawa begitu riang, dan menular padanya. Entah kenapa melihat senyuman laki-laki itu membuat dia senang. Seperti melihat seorang saudara yang sudah menemukan kebahagiaan.

"Ayo kita ke Jung Kook!" seru Jimin antusias.

Jimin memimpin jalan di depan untuk melihat keadaan Jung Kook. Laki-laki itu berkoar sepanjang jalan, berbicara ke belakang dengan keras. Merasa bebas atas liburnya sekolah dan murid-murid lain memilih untuk pulang meninggalkan asrama. Hoseok melompat dan mengapit kepala Jimin karena keberisakan laki-laki itu, dan Tae Hyung ikut serta dengan menendang bokong Jimin dari sisi kiri.

Yoongi menggelengkan kepala melihat tingkah mereka. Nam Joon merangkul Seok Jin yang lebih banyak tertawa, dia mengeratkan rangkulan menyaratkan persaudaraan. Perjalanan mereka ke depan mungkin tak seindah saat sekarang yang mereka lalui. Nam Joon tahu itu. Sangat jelas.

Kasus yang menimpa Sae Woon bukanlah perlakuan pembulyy an biasa. Jelas pembunuhan mengerikan. Nam Joon melihat satu persatu wajah mereka yang terhiasi tawa. Mungkin... ini adalah terakhir kali untuknya melihat senyum mereka. Dan senyumnya.

"Hyung?"

Nam Joon tersadar ketika Seok Jin berhenti berjalan, membuat dia mau tak maunikut berhenti. "Wae?"

SAVE ME or KILL ME [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang