12. Jangan Bangunkan Singa

165 11 0
                                    

Apa yang membuat mu berbeda?
Bukan karena kita berbeda
Tetapi karena kita dikucilkan
Lantas, untuk apa terpuruk?

Yang kau butuhkan hanya menjadi kuat
Memangsa siapa yang lemah
Seperti rantai makanan
Tikus dimangsa oleh singa

Lalu singa akan tertawa puas
Melihat mangsanya menitikkan mata
Berbisik pilu untuk menyelamatkannya
Kau tau apa yang dikatakan singa?

Aku... Sudah kau bangunkan
Dan aku butuh makan.

Malam itu, Sae Woon melampiaskan amarahnya di aula olahraga. Dia melempar bola basket berkali-kali ke ranjang. Namun hanya satu -dua kali yang masuk ke dalam. Membuatnya semakin kesal.

Tak... Tak... Tak...

Sebuah suara ketukan sepatu dengan lantai terdengar di seantero aula. Sae Woon membalikkan wajah, mengernyitkan dahi saat melihat seseorang berdiri di bawah kegelapan.

"Siapa?" tanyanya.

Sosok itu tersenyum miring, tangannya yang berada di balik tubuh memainkan pisau kecil.

"Urusan kita belum selesai kan?" tanya sosok tersebut.

"Siapa kau pengecut?!" Sae Woon meludah ke samping.

"Siapa?" ulang sosok itu, tertawa mengejek. Detik selanjutnya tertawa puas, mendongakkan wajah ke atas. "Aku? Pengecut?"

"Keluar kau!" Sae Woon melempar bola basket ke sosok tersebut. Namun dengan mudah ditangkapnya oleh sosok itu. "Bangsat!"

Sosok itu maju mendekat, keluar dari kegelapan. Senyuman di bibirnya tergaris miring. Dia menyentuhkan ujung pisau ke ujung hidungnya yang lancip.

"Hmm... aku rindu bau darah."

Mata Sae Woon terbelalak sesaat, namun dia tertawa mengejek.

"Kau..."

"Wae?" tanya sosok itu memiringkan wajah. "Terkejut?"

"Hahaha... sangat!" sahut Sae Woon mengejek. "Aahh benar! Urusan kita belum selesai. Kau pergi sebelum mengabisi ku."

Sae Woon ikut melangkah maju mendekat, mereka bertemu di tengah. Berjarak beberapa senti. Mereka berdua saling tersenyum mengejek. Mata elang sosok tersebut berkilat membara, siap untuk bermain-main.

Sae Woon melayangkan tinjunya, namun sosok itu merunduk. Langsung menghantam perut Sae Woon dengan dengkulnya. Dengan gerakan cepat memiting lengan Sae Woon ke belakang. Sosok itu tertawa kecil tepat di belakang telinga Sae Woon.

"Mungkin itu jawabannya kenapa pelatih memilih Seok Jin. Bukan dirimu."

"Diam kau bangsat!" teriak Sae Woon.

SAVE ME or KILL ME [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang