PLANE CRASH

584 37 3
                                    

Minggu pagi, Revan tengah duduk bersandar di tempat tidurnya tanpa melakukan apapun.
Jiwanya sedikit terguncang karena beberapa kejadian terakhir, sehingga ia meminta untuk libur dari kegiatan pemotretan satu hari saja. Revan yang terdiam dan ditemani oleh teman- teman tak terlihatnya yang sejak tadi berusaha menghibur dirinya.

"Sudah uncle, jangan terlalu difikirkan, pria itu hanya tidak menyadari betapa beruntungnya ia memiliki calon menantu sepertimu" ucap Marsya yang sedang berada di rumah Revan.

Marsya mengatakan, hawa dirumah Fika terasa panas sejak ada pertikaian antara Fika dengan ayahnya.

Revan hanya menghela nafas entah ada hal yang mendistrack pikirannya, tapi dia juga tidak bisa memastikan apa itu.

Revan bukanlah tipe seseorang yang pendendam sehingga perkataan ayah Fika kemarin tidak terlalu membuatnya sakit hati yang amat dalam. Hanya saja itu membuat dirinya menjadi drop dan membuat pesimis terhadap dirinya sendiri.

"Uncle, memikirkan apa?" Tanya lilu.

"Entah,,,,aku juga tidak tau, aku merasa ada kegelisahan dan dalam hatiku, which i can't explain" ucap Revan yang mendadak kepalanya berdenyut.

Tiba tiba saja sebuah vision melintas di kepalanya, Revan memegangi kepalanya dengan kedua tangannya kala ia merasakan sakit yang tak tertahan. Potongan potongan kejadian yang random mendadak bermunculan di kepalanya, ia melihat gambaran gambaran mengerikan yang kini memenuhi pikirannya.

"Astaga,,,,,uncle kenapa!?" Tanya Stela yang mendadak panik melihat tuannya.

"Aaarrrgghhh,,,,,," Revan menggerang kesakitan ketika vision itu begitu menyiksanya. Ia juga mendengar suara keras yang memekakkan telinganya.

Tiba tiba tangannya bergerak membuka laci nakas disebelahnya ia lalu mengambil buku yang akan ia pergunakan untuk menggambar, lalu setelah itu spidol ditangannya seakan akan seperti menari nari di kertas putih itu. Ia menggambar dengan kondisi setengah sadar dimana tangannya bergerak begitu lincahnya menggambarkan apa yang ada di kepalanya.

"Hah,,,apa ini?" Revan melihat gambarnya kala sakit kepalanya mulai mereda.

Disana dia menggambarkan sebuah pesawat yang hancur terbakar yang dipenuhi dengan asap yang terdapat angka 11 dan huruf F besar, dan tampak jelas wajah wanita yang menangis.

Revan memutar otaknya mencoba mencari tau maksut gambarnya itu, Revan terdiam dan mulai menerawang, ia tak perduli energinya terserap habis, karena ia merasa harus memecahkan teka teki misteri yang ia dapat kali ini, iya merasa ada hubungannya dengan orang terdekatnya.

"Low energy, uncle" ucap Marsya

"Ssssttt,,,,, shut up Marsya l'v to focuss l'v to find lt" ucap Revan memberi peringatan kepada Marsya.

Tiba tiba Revan terbarukan sambil memegang dadanya, seharusnya ia tau hal ini akan terjadi karena memaksakan kemampuannya juga akan berdampak pada kondisi fisiknya.

"Uncle, what happen?!" Tanya stela

"Uncle Revan kenapa?!" Tanya lilu pula yang kini diselimuti kekawatiran.

Bukannya menanggapi teman temannya Revan malah meraba raba kasurnya dan mengambil handphone miliknya dan setelah ia mengambilnya segera Revan mencari kontak seseorang dan menghubunginya.

"Halo,,, Fika?" Revan bersyukur karena kekasihnya itu cepat menjawab panggilannya.

"Ha,,halo Van ada apa?"

"Fika apa papa kamu akan pergi menggunakan pesawat hari ini?"

Sementara disana gadisnya itu kebingungan dengan pertanyaan Revan.

My boyfriend is IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang