Kenangan adalah harta yang kita kunci jauh di dalam gudang dari jiwa kita, agar hati kita tetap hangat saat kita kesepian
-----------------------------------------------------------------
Fika berjalan di sepanjang koridor rumah sakit, lorong demi lorong ia lewati dengan rasa hati sedikit peri, melihat keadaan Revan yang tidak bisa mengingat siapa kekasihnya walau kata dokter ini hanya sesaat butuh waktu seharian penuh untuk mebuat ingatan Revan kembali seperti sediakala.
Langkahnya pun terhenti karena melihat keluarga yang menangis bukan tangis bahagia yang di maksut tapi tangis kesedihan karena kepergian seseorang.
Aku berjalan mendekati ruangan itu dan melihat kejadian yang ada di dalam sana. Saat melirik ke arah gadis kecil dengan wajah pucat pasi, wajah yang tak asing bagiku. Saat mayat akan di bawa keluar aku melihat wajah rara disana, bagaimana mungkin. "rara" gumamku dalam hati.
Aku tidak menyangka gadis cilik yang kemarin memberinya coklat sudah tiada. Aku pun mendekati kedua orang tuanya dan mengucapkan duka kepada mereka.
Ibunya akhirnya bercerita tentang keadaan rara sebelum meghembuskan nafas terahirnya, ia bercerita bahwa kemarin rara sempat kritis dan koma sampai pada akhirnya rara pergi.
Aku pun terbengong ketika mendengar penjelasan ibu rara, jika kemarin rara koma lalu siapa yang memberikan sepotong coklat padanya dan mengatakan dia sembuh dari penyakit yang dia derita.
Aku pun kembali ke tempat ruang rawat revan aku berjalan mendekati nakas mejanya untuk menata beberapa buah disana. "fika... "ucap revan yang menyebut namakau.
"kamu ingat aku van..? " tanyaku dengan mata berbinar, alangkah bahagianya dia bisa mengingat namaku kembali.
Revan pun tersenyum tipis padaku "mana mungkin aku melupakanmu" jawabnya sambil mengusap lembut pipi fika.
Secara sepontan fika memeluk erat tubuh revan, dan menagis dengan derasnya. Revan pun membalas pelukan fika dan mengacak rambut fika.
"jangan menangis aku baik baik saja"ucap revan menenangkan fika.
"gimana baik baik saja satu bulan kamu koma dan waktu kamu sadar kamu tidak ingat denganku" jelas fika yang belum henti menangis di dekapan revan.
"mana mungkin aku lupa kemarin aku hanya ekting aja" jawabnya melepas pelukan fika.
Fika merenggangkan pelukanya dan menatap mata revan "aku hampir saja kehilanganmu"
"cup cup....jangan nagis lagi"
Setelah beberapa hari berada di ruang inap dokter pun memperbolehkan revan untuk pulang, dan sesekali kembali kerumahsakit untuk kontrol kesehatanya.
Aku membantu revan berjalan menuju ke taksi yang sudah aku pesan tadi dan untungnya di depan rumah sakit ini tidak dikerumuni wartawan, agak kesal karena membutuhkan waktu lama untuk berdanandan agar kelihatan cantik saat masuk kamera wartawan, sangat di sayangkan tidak ada yang mengerumu inya kali ini, dan senangnya tidak menjawab pertanyaan pertanyaan yang tidak penting itu.
Sesampainya dirumah aku embantu revan untuk berjalan menuju kamarnya, seperti biasanya mahluk mahluk kecil ini pun mulai bermunculan saat tuannya kembali datang kerumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My boyfriend is Indigo
Fiksi RemajaSeseorang indigo misterius, yang tidak percaya dengan yang namanya cinta sejati, kini dia telah menemukan seseorang yang dapat memberikan warna pada kehidupanya, dan yang dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dia.